BAB I
SELINTAS KABUPATEN KEPULAUAN SULA
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Kepulauan Sula terletak antara 01º 45’ 00” Lintang Selatan dan antara 124º 05’ 00” – 126º 50’ 00” Bujur Timur, dengan batas sebagai berikut :
- Laut Maluku di sebelah utara
- Laut Banda di sebelah selatan
- Laut Seram di sebelah timur
- Pulau Sulawesi di sebelah barat
Kabupaten Kepulauan Sula merupakan hasil pemekaran dari Propinsi Maluku Utara berdasarkan Undang-Undang No. 1 tahun 2003, Lembar Negara Republik Indonesia No. 21 tahun 2003 tanggal 25 Februari 2003. Kabupaten Kepulauan Sula mempunyai luas wilayah 28.810.753 km² yang terdiri dari 14.466.288 km² wilayah daratan dan 14.344.465 km² wilayah perairan.
Secara administratif memiliki 19 kecamatan dan 131 desa yang tersebar pada tiga pulau dengan Sanana sebagai Ibukota kabupaten Kepulauan Sula. Merupakan wilayah kepulauan dengan tiga pulau utama yaitu Pulau Sulabesi, Pulau Mangoli dan Pulau Taliabu, serta pulau-pulau kecil di sekelilingnya yang berjumlah ± 41 buah pulau.
Musim panas biasanya terjadi pada bulan Januari sampai bulan Juni, sedangkan musim hujan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan Desember. Suhu udara maksimum 32,8ºC dan suhu minimum 18,2ºC.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Kabupaten Kepulauan Sula adalah wilayah kepulauan yang sebagian besar penduduknya tinggal disepanjang pesisir pantai. Penduduk Kabupaten Kepulauan Sula pada tahun 2009 berjumlah 129.871 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk sebesar 5,7 jiwa/km². Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, laki-laki 65.759 jiwa dan perempuan 64.112 jiwa.
Perekonomian Kabupaten Kepulauan Sula didominasi oleh sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan. Ketiga sektor ini memegang peranan terbesar dengan kontribusi sebesar 81,03% terhadap pembentukan PDRB di tahun 2008.
Jumlah keluarga miskin di Kabupaten Kepulauan Sula pada tahun 2008 sebanyak 21,11%
3. Profil Kesehatan
Menurut UU No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UUD 1945.
Saat ini Kabupaten Kepulauan Sula telah memiliki sarana kesehatan sebagai berikut ; 1 unit Rumah Sakit, 2 unit Puskesmas rawat inap, 9 unit Puskesmas, 37 unit Puskesmas Pembantu dan 41 unit Pondok Persalinan Desa.
Dari 25.910 rumah di Kabupaten Kepulauan Sula, hanya 56,71% yang memenuhi syarat kesehatan. Sarana air bersih yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Kepulauan Sula 76,69% masih menggunakan sumur gali, 19,45% PAM, dan 3,86% pompa tangan/mesin.
BAB II
GAMBARAN UMUM RSUD SANANA
1. Sejarah dan Kedudukan Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Daerah Sanana dibangun pada tahun 2003 di atas lahan seluas ± 50.000 m² yang berkontour tidak rata. Rumah Sakit mulai dipergunakan pada akhir tahun 2005, dimana saat itu rumah sakit masih berorientasi pada penataan administrasi perkantoran. Pada bulan Oktober 2006, Rumah Sakit Umum Daerah Sanana mulai melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Luas bangunan sampai tahun 2007 adalah 4.400 m². Tahap pertama pembangunan tahun 2003, yaitu gedung poliklinik, gedung apotik dan kantor. Pembangunan tahap kedua tahun 2004 terdiri dari gedung radiologi dan dua buah gedung rawat inap. Tahun 2005 dibangun gedung Unit Gawat Darurat, dua buah gedung rawat inap, instalasi gizi, laboratorium, tiga buah rumah dokter, satu asrama perawat dan selasar. Tahun 2006 dibangun gedung bedah sentral, gedung rawat inap anak, dua buah rumah dokter dan satu asrama perawat. Keseluruhan pembangunan dibiayai oleh APBN.
Seiring dengan perkembangan pelayanan rumah sakit, maka melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 966/MENKES/SK/X/2008, ditetapkanlah RSUD Sanana Kabupaten Kepulauan Sula Milik Pemerintah Kabupaten Kepulauan Sula Propinsi Maluku Utara menjadi Rumah Sakit Umum Kelas D.
Rumah Sakit Umum Daerah Sanana merupakan rumah sakit satu-satunya di Kabupaten Kepulauan Sula, sehingga menjadi rumah sakit rujukan bagi semua Puskesmas di Kabupaten Kepulauan Sula. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Nomor 3 tahun 2008, Rumah Sakit Umum Daerah Sanana merupakan Lembaga Teknis Daerah.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Pada konteks good governance dalam sektor kesehatan, Pemerintah memiliki 3 peran, sebagai regulator, sebagai pemberi dana dan sebagai pelaksana kegiatan. Peran sebagai pelaksana kegiatan salah satunya dilakukan oleh rumah sakit yang merupakan Lembaga Teknis Daerah.
Undang-undang no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menyebutkan bahwa Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai :
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
RSUD Sanana memiliki struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Kepulauan Sula Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kepulauan Sula. Sebagai rumah sakit tipe D, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan, struktur RSUD Sanana menjadi luas dengan adanya tambahan fungsi-fungsi, yang dapat menggambarkan kewenangan, tanggungjawab, dan komunikasi dalam menyelenggarakan pelayanan dan antar unit pelayanan di rumah sakit serta manajemennya, di mana RSUD Sanana memiliki unit kerja struktural dan unit kerja fungsional.
Gb. 1. Bagan struktur organisasi RSUD Sanana
3. Sumber Daya Organisasi
a. Sumber Daya Manusia
Rumah sakit adalah penyelenggara pelayanan kesehatan yang bersifat individual, spesifik dan unik sesuai karakteristik pasien (umur, jenis kelamin, jenis dan berat ringannya penyakit, ada tidaknya komplikasi). Aktivitas rumah sakit juga harus mengacu pada standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP), penggunaan teknologi kedokteran dan prasarana yang tersedia secara tepat guna.
Oleh karena itu pelayanan kesehatan di rumah sakit membutuhkan SDM yang memiliki berbagai jenis kompetensi dan terpenuhi jumlahnya sesuai beban kerja, sehingga dapat didistribusikan pada tiap-tiap unit kerja. Permasalahan pada RSUD Sanana, baik jenis kompetensi maupun jumlah SDM belum memenuhi standar ketenagaan untuk sebuah rumah sakit rujukan tingkat kabupaten. Data ketenagaan di RSUD Sanana dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO. | JENIS KETENAGAAN | JUMLAH | KETERANGAN | ||
PNS | KONTRAK / HONORER | ||||
I. | MANAJEMEN | ||||
1 | Pasca Sarjana (S2) | 1 | |||
2 | Sarjana Kesehatan | 1 | |||
3 | Sarjana Keperawatan | 2 | |||
4 | Sarjana Ekonomi | 2 | |||
5 | D3 administrasi RS | 1 | |||
6 | D3 kesehatan | 2 | |||
7 | D3 Keperawatan | 3 | |||
8 | SLTA Keperawatan | 1 | |||
9 | SLTA | 1 | 2 | ||
II. | FUNGSIONAL | ||||
1 | Dokter Spesialis | ||||
2 | Dokter Umum | 4 | 2 | 1 orang dalam pendidikan | |
3 | Dokter Gigi | 1 | |||
4 | Apoteker | 3 | |||
5 | Sarjana Keperawatan | 1 | 1 | ||
6 | Sarjana Non Keperawatan | 4 | 2 | ||
7 | D3 Keperawatan | 24 | 13 | 1 orang dalam pendidikan | |
8 | D3 Non Keperawatan | 9 | |||
9 | D2 Kesehatan | 1 | 1 orang dalam pendidikan | ||
10 | SLTA Keperawatan | 19 | 1 | 1 orang dalam pendidikan | |
11 | SLTA Non Keperawatan | 3 | 1 | 1 orang dalam pendidikan | |
12 | SMK / SMEA | 1 | 3 | ||
13 | SLTA | 2 | 14 | ||
14 | SD | 1 | |||
TOTAL | 83 | 43 | 7 orang dalam pendidikan |
Tabel 1. Data ketenagaan di RSUD Sanana tahun 2009
NO. | JENIS KETENAGAAN | JUMLAH | KETERANGAN | ||
PNS | KONTRAK / HONORER | ||||
I. | MANAJEMEN | ||||
1 | Pasca Sarjana (S2) | 1 | |||
2 | Sarjana Kesehatan Masyarakat | 2 | |||
3 | Sarjana Ekonomi | 1 | |||
4 | D3 Elektromedik | 1 | |||
5 | D3 Keperawatan | 3 | |||
6 | D3 Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi | 1 | |||
7 | D3 Manajemen Informatika | 1 | |||
8 | SLTA | 2 | |||
II. | FUNGSIONAL | ||||
1 | Dokter Spesialis | 1 | 1 | ||
2 | Dokter Umum | 4 | |||
3 | Dokter Gigi | 1 | |||
4 | Apoteker | 3 | |||
5 | Sarjana Keperawatan/Ns | 3 | |||
6 | Sarjana Keperawatan | 3 | |||
7 | Sarjana Farmasi | 4 | 1 | ||
8 | Sarjana Kesehatan Masyarakat | 2 | |||
9 | D4 Kebidanan | 2 | |||
10 | D3 Keperawatan | 26 | 7 | 3 orang dalam pendidikan | |
11 | D3 Kebidanan | 8 | 1 | ||
12 | D3 Kesehatan Gigi | 1 | |||
13 | D3 Fisioterapi | 3 | |||
14 | D3 Farmasi | 1 | |||
15 | D3 Analis Kimia | 1 | |||
16 | D3 Kesehatan Gizi | 4 | |||
17 | D3 Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi | 1 | |||
18 | D3 Penata Anestesi | 1 | |||
19 | D3 Kesehatan Lingkungan | 2 | 1 orang dalam pendidikan | ||
20 | D3 Tehnik Informatika | 1 | |||
21 | D1 Kebidanan | 8 | 3 orang dalam pendidikan 1 orang titipan ke puskesmas | ||
22 | Program Pendidikan Bidan (PPB) | 2 | |||
23 | Pekarya Kesehatan | 1 | |||
24 | Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) | 8 | 1 orang dalam pendidikan | ||
25 | Sekolah Perawat Rawat Gigi (SPRG) | 1 | 1 orang dalam pendidikan | ||
26 | Sekolah Menengah Farmasi (SMF) | 4 | 2 orang dalam pendidikan | ||
27 | Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) | 1 | |||
28 | Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) | 1 | |||
29 | Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) | 1 | 4 | ||
30 | Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) | 4 | 11 | 1 orang titipan ke puskesmas | |
31 | Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) | 1 | |||
32 | Sekolah Dasar (SD) | 1 | |||
TOTAL | 109 | 31 | 11 orang pendidikan 2 orang ke puskesmas |
Tabel 2. Data ketenagaan di RSUD Sanana tahun 2010
b. Sarana dan Prasarana Kerja
Rumah sakit adalah suatu fasilitas umum yang sarat dengan sarana dan prasarana. Rumah sakit dapat menjalankan fungsinya apabila sarana dan prasarananya berfungsi dengan baik. Perencanaan dan perancangan fisik rumah sakit perlu dilakukan secara seksama agar dapat mewadahi berbagai tuntutan aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Sebagai suatu bangunan publik yang berurusan dengan hidup matinya seseorang, seharusnya perencanaan rumah sakit memperhatikan faktor kemudahan akses, kelancaran dalam penanganan perawatan kesehatan, serta kenyamanan dalam melakukan berbagai aktivitas pelayanan kesehatan.
Penting bagi sebuah rumah sakit untuk memiliki aspek efisiensi (meliputi hubungan antar fungsi, penggunaan ruang, pergerakan orang dan distribusi barang), melalui sebuah desain rumah sakit yang dapat menekan biaya operasional serta bangunan yang terorganisasi dengan baik. Sebagai bangunan publik yang menampung kegiatan orang banyak, hendaknya rumah sakit mampu memberikan kenyamanan bagi para pengguna di dalamnya. Keterlambatan di dalam hal penanganan atau tindakan pengobatan dapat berakibat fatal bagi pasien, oleh karenanya kemudahan, kejelasan dan kelancaran akses menjadi faktor penting yang harus diperhatikan di dalam perencanaan dan perancangan sebuah rumah sakit.
Gambar 2. RSUD Sanana di atas lahan perbukitan.
RSUD Sanana dibangun di atas lahan perbukitan yang tidak rata dengan luas ± 50.000 m². Kontour lahan RSUD Sanana yang tidak rata ini sangat mempengaruhi letak gedung-gedung pelayanan, sehingga mengurangi fungsi utama rumah sakit dalam menjalankan aktivitasnya. Pembangunan gedung-gedung pelayanan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kondisi lahan dan berbagai aktivitas pelayanan rumah sakit, menyebabkan tata letak gedung tidak memenuhi standar sebagai gedung-gedung pelayanan kesehatan. Keadaan ini menyulitkan bagi semua pihak, baik karyawan rumah sakit maupun pasien dan keluarganya.
Gambar 3. Kondisi lahan mempengaruhi aktivitas pelayanan
Pembangunan RSUD Sanana dilaksanakan secara bertahap mulai dari pembangunan gedung poliklinik, gedung apotik, gedung kantor, gudang obat, gedung UGD, dapur/gizi, laundry, laboratorium, gedung bedah sentral, 7 buah gedung rawat inap bangsal, 2 buah gedung rawat inap kelas, 2 buah gedung asrama, 5 buah rumah dokter, gedung radiologi dan gudang obat. Total semua gedung berjumlah 27 buah, tetapi sampai tahun 2009 yang bisa digunakan hanya 11 gedung sedangkan 16 buah gedung tidak bisa digunakan. Hal ini terutama disebabkan oleh kondisi lahan rumah sakit yang tidak dipersiapkan sebelumnya, sehingga gedung-gedung dibangun tanpa berdasarkan perencanaan sesuai fungsinya sebagai rumah sakit.
Gedung poliklinik, apotik dan kantor terletak dibagian yang terendah dari lahan rumah sakit, sehingga akses pasien menuju ke ruang-ruang penunjang medis, gawat darurat dan ruang perawatan sangat terganggu karena selain jarak yang cukup jauh, pasien harus melewati anak tangga dan mendaki di atas bukit sebab belum ada koridor yang menghubungkan kelompok gedung di bawah dengan kelompok gedung di atas. Demikian pula sebaliknya, para petugas medis dan paramedis harus bolak balik menuruni dan menaiki tangga dan bukit apabila ada pasien di poliklinik, ruang gawat darurat ataupun di ruang-ruang perawatan.
Salah satu gedung perawatan dibangun di atas bukit sedang beberapa gedung yang lain berada tepat di bawahnya dengan pintu masuk yang berhadapan dengan bukit di mana terdapat septic tank dari gedung di atasnya. Selain sulit untuk masuk baik orang maupun distribusi barang, bila musim hujan gedung-gedung ini terendam tanah liat yang berasal dari bukit di depannya.
Kenyataan ini perlu mendapat perhatian yang serius, kebijakan berupa dukungan moril untuk membenahi tata letak gedung di RSUD Sanana, sangat diharapkan untuk mencapai standar-standar sebuah bangunan Rumah Sakit. Perbaikan tata letak dengan maksud untuk mempermudah akses antar ruangan, mengatur beban kerja pegawai sesuai standar dan mengorganisir pelayanan merupakan prioritas utama Rumah Sakit, untuk memenuhi tuntutan berbagai aktivitas pelayanan kesehatan di RSUD Sanana.
Ketersediaan listrik dan air bersih merupakan masalah yang sangat mengganggu pelayanan di RSUD Sanana. Tidak mungkin mencapai mutu pelayanan yang diharapkan apabila kedua prasarana yang sangat vital bagi rumah sakit tidak tersedia. Pasokan listrik yang berasal dari PLN tidak stabil dan sering terjadi pemadaman, sehingga menyebabkan kerusakan pada alat-alat kesehatan dan tentu saja mengganggu pelayanan.
Letak Rumah Sakit di ketinggian mengakibatkan air bersih dari PDAM tidak mampu mencapai Rumah Sakit. Sumur bor merupakan satu-satunya sumber air yang bisa diharapkan, kemudian disimpan dalam profil tank dan selanjutnya didistribusikan ke ruangan-ruangan perawatan. Penyimpanan ini menyebabkan kwalitas air tidak terjamin untuk dikonsumsi.
c. Sumber Pembiayaan/Anggaran
Sebagai lembaga pemerintah yang bergerak dalam bidang pelayanan, RSUD Sanana merupakan lembaga non profit yang disubsidi penuh oleh Pemerintah Daerah.
NO | SUMBER | PENGGUNAAN |
1 | Dana APBN | Dipakai untuk proyek fisik dan pengadaan RS sesuai petunjuk teknisnya. |
2 | Dana Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi proyek | Dipakai untuk proyek fisik dan pengadaan RS |
3 | Dana Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi rutin | Dipakai untuk pembayaran gaji, operasional RS, pembiayaan pasien miskin dll |
4 | Dana pemerintah dalam bentuk subsidi (Askes dan Askeskin) | Dipakai untuk pembayaran jasa sarana dan pembayaran jasa pelayanan. |
5 | Pasien yang membayar | Dipakai untuk pembayaran jasa sarana dan pembayaran jasa pelayanan. |
Tabel 3. Sumber Keuangan RSUD Sanana
Dari data diatas terlihat, bahwa yang digunakan oleh RSUD Sanana untuk menjalankan kegiatan operasional sehari-hari adalah dana Pemerintah Daerah dalam bentuk subsidi rutin, sudah termasuk gaji pegawai setiap bulan.
Sumber anggaran rumah sakit yang berasal dari DAU Kabupaten/APBD secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Gambar 6. APBD RSUD Sanana tahun 2007 – 2010
Dari tabel di atas terlihat bahwa alokasi anggaran APBD untuk RSUD Sanana dari tahun ke tahun meningkat. Namun porsi anggaran antara belanja tidak langsung, belanja langsung dan belanja modal belum seimbang. Porsi belanja tidak langsung yang berhubungan dengan gaji dan tunjangan pegawai, setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah pegawai pada RSUD Sanana, sedangkan porsi belanja langsung yang merupakan belanja operasional rumah sakit malah mengalami penurunan pada tahun 2009 dan hanya sedikit kenaikan pada tahun 2010. Demikian pula dengan belanja modal yang mengalami penurunan di tahun 2010. Dari data ini nampak bahwa kenaikan PAGU anggaran terutama dialokasikan untuk porsi gaji dan tunjangan pegawai.
Porsi belanja operasional rumah sakit yang menurun, mengakibatkan anggaran yang ada seringkali tidak dapat menutupi kebutuhan operasional rumah sakit. Kebutuhan operasional rumah sakit tergantung dari berbagai faktor yang tidak selalu sama dalam setiap bulannya. Jumlah kunjungan dan jenis penyakit mempengaruhi penggunaan obat dan bahan habis pakai lainnya, hal tersebut sangat mempengaruhi pengeluaran anggaran rumah sakit. Perbedaan pengeluaran anggaran yang ekstrim sering terjadi, yang selalu memaksa manajemen rumah sakit untuk segera memenuhi permintaan keuangan karena berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat.
Anggaran APBN Tugas Pembantuan untuk RSUD Sanana cukup menggembirakan. Setiap tahun anggaran ini dapat membantu membenahi sarana dan prasarana Rumah Sakit. Pada tahun 2009 – 2010 penggunaan dana Tugas Pembantuan difokuskan untuk membenahi sarana gedung RSUD Sanana, membangun koridor-koridor penghubung antar ruangan serta melengkapi prasarana Rumah Sakit. Tujuan utama pembenahan ini adalah untuk mempermudah akses pelayanan antar ruang-ruang perawatan sehingga aktivitas pelayanan menjadi lebih efektif.
TAHUN | JUMLAH DANA |
2006 | Rp. 4.000.000.000.- |
2007 | Rp. 5.000.000.000.- |
2009 | Rp. 4.000.000.000.- |
2010 | Rp. 11.500.000.000.- |
Tabel 4. APBN Tugas Pembantuan RSUD Sanana tahun 2006 – 2010
4. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang ada di RSUD Sanana sampai tahun 2010 terdiri dari :
1. Pelayanan Rawat Jalan meliputi:
a. Poliklinik Umum
b. Poliklinik Gigi
c. Poliklinik Penyakit Dalam
d. Poliklinik Anak
e. Poliklinik Bedah
f. Poliklinik Kulit dan Kelamin
g. Poliklinik KIA
h. Poliklinik Rehabilitasi Medik
2. Pelayanan Rawat Darurat
3. Pelayanan Rawat Inap meliputi;
a. Rawat Inap Penyakit Dalam
b. Rawat Inap Anak
c. Rawat Inap Kebidanan & Kandungan
d. Rawat Inap Perawatan Bedah
4. Pelayanan Tindakan Medik meliputi;
a. Tindakan Medik Operatif
b. Tindakan Medik Non-Operatif
c. Tindakan Medik Gigi dan Mulut
5. Pelayanan Tindakan Keperawatan
6. Pelayanan Tindakan Kebidanan
7. Pelayanan Penunjang Medis
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
8. Pelayanan Farmasi
9. Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
BAB III
RENCANA STRATEGIK RSUD SANANA
1. Visi dan Misi
Perencanaan strategik merupakan proses periodik dalam upaya mengembangkan langkah-langkah Rumah Sakit untuk mencapai visi dan melaksanakan misinya. Rumah Sakit Umum Daerah Sanana saat ini memiliki komitmen dan keinginan untuk memberi arah ke mana organisasi harus menuju dan memastikan kesamaan cita-cita dalam organisasi.
Visi merupakan landasan untuk memotivasi pemanfaatan Sumber Daya dan menjadi moral dan dasar perilaku dalam organisasi. Dengan mempertimbangkan berbagai keterbatasan yang dimiliki serta kenyataan yang dihadapi, maka RSUD Sanana menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut :
Visi RSUD Sanana :
”Pelayanan kesehatan yang bermutu dilandasi oleh azas kekeluargaan, dengan SDM yang sopan dan berkualitas”
Misi RSUD Sanana :
1. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana yang ideal.
2. Mengembangkan sistem manajemen rumah sakit yang baik.
3. Mengembangkan Sumber Daya Manusia.
4. Mengutamakan kepuasan pasien.
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
6. Melayani dengan tulus.
7. Menciptakan suasana kekeluargaan
Motto:
Rumah Kita Bersama
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan implementasi dari Misi yang merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 – 5 tahun. Berdasarkan pada Misi yang telah ditetapkan, maka tujuan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Menyiapkan sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk mendukung kelancaran tugas pokok dan fungsi Rumah Sakit.
2. Meningkatkan mutu pelayanan medis dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang bermutu sesuai standar pelayanan medis.
3. Meningkatkan jenis pelayanan medis sesuai kebutuhan dan kesiapan Rumah Sakit.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan medis secara bertahap sesuai kebutuhan dan perkembangan pelayanan.
5. Meningkatkan sistem manajemen rumah sakit, manajemen keuangan serta ketrampilan dan profesionalisme SDM di Rumah Sakit.
Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang bersifat spesifik, dapat dinilai, dapat diukur, menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil dan dapat dicapai dalam kurun waktu 1 – 5 tahun.
Berdasarkan pengertian dimaksud, maka sasaran yang ditetapkan adalah:
1. Terwujudnya peningkatan pelayanan intern dari tahun ke tahun di bidang kepegawaian, keuangan dan ketatausahaan.
2. Terwujudnya Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP).
3. Terwujudnya Laporan Bidang Tugas dan Kegiatan Tribulanan.
4. Terwujudnya Standar Operasional Prosedur (SOP).
5. Terwujudnya pengiriman pegawai untuk mengikuti pendidikan, pelatihan dan tugas belajar.
6. Terwujudnya:
· Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat jalan
· Peningkatan jumlah kunjungan pasien rawat inap
· Peningkatan jumlah tindakan medik dan penunjang medik
· Peningkatan jumlah rata-rata pemanfaatan tempat tidur (BOR)
· Lama tinggal di rumah sakit yang efisien
· Peningkatan penerimaan rumah sakit dari tahun ke tahun.
3. Cara Mencapai Tujuan/Strategi
Sejak tahun 2009, RSUD Sanana telah melaksanakan reformasi total yang direncanakan akan dilakukan dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase Shocking
2. Membentuk shared vision
3. Reorganisasi dan perbaikan sistem operasional
4. Membangun institusi.
Fase shocking terutama bertujuan untuk melakukan perubahan budaya baik untuk stakeholder internal maupun stakeholder eksternal RSUD Sanana. Pengalaman di beberapa RS di Jawa dan Bali, fase ini membutuhkan waktu 3 sampai 7 tahun, dengan kondisi ketenagaan, sarana dan prasarana yang jauh lebih memadai dibanding RSUD Sanana saat ini. Bukan hal yang mudah untuk menciptakan ‘perasaan kebutuhan’ untuk berubah, dari kondisi sebelumnya ke arah yang seharusnya.
Perubahan tentu saja menjadi hal yang tidak mengenakkan bagi yang telah pernah menikmati keuntungan atau perasaan nyaman dari kebiasaan-kebiasaan sebelumnya meskipun kebiasaan itu salah. Perubahan budaya ke arah yang seharusnya seringkali menyebabkan guncangan di internal rumah sakit, mengubah perilaku merupakan aspek individu yang paling sulit untuk diintervensi. Pada dasarnya Rumah Sakit adalah suatu lembaga yang multi bisnis, didalam Rumah Sakit terdapat bisnis jasa, bisnis penginapan, bisnis catering, bisnis obat dan sebagainya, sehingga sangat memungkinkan untuk terjadi penyimpangan apabila tidak ditunjang oleh kontrol manajemen yang baik. Secara keseluruhan sampai saat ini kinerja pelayanan masih rendah, di mana faktor kuantitas dan kualitas ketenagaan, sarana dan prasarana maupun pembiayaan menjadi kendala utama.
RSUD Sanana merupakan bagian dari sistem birokrasi daerah, yang diharapkan berfungsi sebagai operator dalam bidang kesehatan yang tidak birokratis, dalam arti lembaga usaha yang memberikan pelayanan publik. Oleh karena itu kerjasama dengan semua elemen yang ada dalam Pemerintahan Kabupaten Kepulauan Sula, baik eksekutif maupun legislatif serta seluruh lapisan masyarakat di Kabupaten Kepulauan Sula, sangatlah dibutuhkan.
Upaya Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menciptakan tenaga kesehatan yang bermutu, harus didasari dengan nilai-nilai sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan haruslah senantiasa mendahulukan kepentingan pasien.
2. Pelayanan kesehatan haruslah bersifat responsif, artinya tanggap terhadap situasi dan kondisi.
3. Pelayanan kesehatan harus bersifat inklusif, artinya seluruh komponen masyarakat diminta turut berpartisipasi aktif.
4. Pelayanan kesehatan harus efektif, artinya mampu mencapai apa yang ditargetkan, dan bersifat efisien.
5. Pelayanan kesehatan diharapkan agar dilaksanakan dalam tata kelola yang bersih bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Nilai-nilai ini diharapkan menjadi nilai-nilai yang mampu menjiwai seluruh stakeholder Rumah Sakit, sehingga secara perlahan-lahan Rumah Sakit dapat memasuki fase kedua dari reformasi ini yakni membentuk visi yang sama dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Persiapan-persiapan menuju ke arah fase ketiga dari reformasi RSUD Sanana, telah dimulai dengan mempersiapkan sarana prasarana Rumah Sakit dan ketenagaan yang akan mendukung semua aktivitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Persiapan selanjutnya adalah membenahi sistem operasional klinik dengan melakukan audit klinik secara berkala. Membangun sistem penilaian kinerja dan remunerasi berbasis pada kinerja. Pada fase ini mulai dikembangkan berbagai indikator pengukuran, sehingga tingkat keberhasilan pencapaian target atau kinerja dapat diukur.
RSUD Sanana saat ini berstatus sebagai Lembaga Tehnis Daerah. Pelayanan Rumah Sakit bersifat semi public good dimana biaya kesehatan dan kemampuan masyarakat membayar bervariasi. Ada yang mampu tetapi banyak juga yang tidak mampu. Diharapkan pada fase ke empat nanti, RSUD Sanana lebih fleksibel dalam melakukan inovasi pelayanan yang dibutuhkan.
BAB IV
REALISASI KEGIATAN RSUD SANANA TAHUN 2009 - 2010
A. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana rumah sakit perlahan-lahan dapat ditingkatkan melalui dana APBD dan APBN. Sejak dibangun tahun 2003 sampai awal tahun 2009, beberapa gedung pelayanan di RSUD Sanana telah dibangun dengan dana APBN, sebagian ditangani Dinas Kesehatan Propinsi Maluku Utara, sebagian lagi oleh RSUD Sanana. Pembangunan yang dilaksanakan tanpa mempertimbangkan kondisi lahan dan fungsi bangunan menyebabkan penggunaan gedung-gedung pelayanan tidak sesuai dengan aktivitas pelayanan rumah sakit.
Gambar 6. Mengorganisir gedung-gedung pelayanan kesehatan
Pada tahun 2009 manajemen RSUD Sanana mulai menata kembali perencanaan gedung-gedung pelayanan rumah sakit dengan tujuan utama memperbaiki sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas pelayanan agar dapat memberi kenyamanan dan kelancaran sesuai dengan fungsi bangunan tersebut.
Gambar 6. Mengorganisir gedung-gedung pelayanan kesehatan
Melalui APBD 2009 telah direalisasikan kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Rehabilitasi sedang rumah dinas dokter | Rumah dinas layak untuk ditempati |
2 | Penyediaan mobileur rumah dinas | Tersedianya mobileur rumah dokter spesialis |
3 | Pembangunan kamar jenazah | Tersedia kamar bagi jenazah |
4 | Pembangunan Unit Transfusi Darah | Tersedia gedung Unit Transfusi Darah |
5 | Pembangunan bak penampung air | Tersedia bak penampungan air bersih |
6 | Penataan lokasi rumah sakit | Pengamanan dari bahaya tanah longsor |
7 | Pembangunan talud | Pengamanan dari bahaya tanah longsor |
8 | Pembuatan lahan parkir | Tersedianya halaman RS yang tertata rapi |
9 | Pengadaan alat kesehatan | Tersedianya alat kesehatan yang memadai |
10 | Pengadaan obat-obatan | Tersedianya kebutuhan obat RS dalam 1 tahun |
Tabel 5. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBD tahun 2009
RSUD Sanana memiliki 5 rumah dinas dokter, tiga diantaranya dalam keadaan tidak layak pakai. Keadaan ketiga rumah dinas ini sejak dibangun lantainya tidak dilapisi tegel dengan kamar mandi yang tidak bisa digunakan. Oleh karena itu dalam DPA perubahan tahun 2009, rumah sakit memasukkan kegiatan rehabilitasi rumah dinas dokter sekaligus penyediaan mobileur, untuk mempersiapkan rumah yang layak ditempati bagi dokter spesialis.
Kegiatan pembangunan kamar jenazah dilakukan dengan mempertimbangkan kesulitan rumah sakit dalam menangani jenazah yang tidak/ belum dikenal, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk berada di rumah sakit. Pengalaman dengan beberapa jenasah yang membutuhkan waktu lama berada di rumah sakit, sangat mengganggu pelayanan karena tidak adanya tempat yang layak untuk penyimpanan jenasah.
Pembangunan Unit Transfusi Darah (UTD) sebenarnya merupakan kegiatan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008. Namun oleh karena kesalahan administrasi sehingga DAK bidang kesehatan tahun 2008 seluruhnya dikelola oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula. Dalam pelaksanaannya pembangunan UTD Rumah Sakit tidak dilaksanakan, tetapi pengadaan alat-alat transfusi darah dikirim ke rumah sakit. Pada tahun 2009 RSUD Sanana merealisasikan pembangunan UTD RS yang bersumber dari APBD.
Sampai tahun 2009 ketersediaan air bersih menjadi masalah utama bagi RSUD Sanana. Air dari PDAM tidak bisa mencapai lokasi rumah sakit yang berada di ketinggian. Sumur bor merupakan satu-satunya sumber air bersih, namun pengoperasian sumur bor sangat bergantung pada ketersediaan listrik. Keadaan listrik juga tidak lebih baik dari air, seringkali terjadi pemadaman listrik. RSUD Sanana saat itu dalam keadaan krisis air bersih dan listrik, dua hal yang seharusnya menjadi syarat utama bagi sebuah rumah sakit. Kegiatan pembangunan bak penampung air sekaligus pipa instalasi dan profil tank, sampai saat ini dirasakan sangat membantu ketersedian air di rumah sakit.
Kondisi bentuk lahan RSUD Sanana yang berbukit-bukit dengan gedung-gedung pelayanan yang dibangun di atasnya menyebabkan bila musim hujan lokasi ini sangat rawan longsor. Aliran air yang sangat deras dari pegunungan, di perparah minimnya saluran-saluran air yang ada, mengakibatkan gedung-gedung pelayanan rumah sakit terendam air yang bercampur tanah liat. Beberapa gedung rusak bahkan salah satu gedung tertimpa pohon yang tumbang dari atasnya dan merusakkan atap gedung tersebut. Kegiatan penataan lokasi rumah sakit sekaligus membangun talud penahan tanah dipandang sangat penting untuk pengamanan rumah sakit dari bahaya longsor dan kerusakan yang lebih parah. Demikian pula dengan pembuatan lahan parkir, yang memudahkan kendaraan masuk keluar lokasi rumah sakit.
Pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan bertujuan untuk menunjang aktivitas pelayanan rumah sakit. Meskipun masih belum memadai karena keterbatasan anggaran, namun pengadaan ini cukup berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan secara umum.
Tahun 2009 RSUD Sanana memperoleh APBN berupa Dana Tugas Pembantuan (TP). Anggaran ini direalisasikan dalam kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pemb/Rehab Perluasan UGD & Poliklinik | Mengorganisir letak gedung-gedung di RS |
2 | Rehabilitasi Ruang Kebidanan | Memperbaiki gedung pelayanan |
3 | Pembangunan Koridor Penghubung | Mempermudah akses antar gedung |
Tabel 6. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN TP tahun 2009
Rehabilitasi tiga gedung yang terletak di depan pintu masuk rumah sakit, dimaksudkan untuk difungsikan menjadi gedung rawat darurat, gedung poliklinik dan gedung rawat inap. Pelayanan rawat darurat adalah pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah atau mengurangi resiko kematian dan kecacatan. Berhubungan dengan fungsi dari Unit Gawat Darurat (UGD) tersebut, maka dipandang perlu untuk memisahkan dan memberi perlakuan khusus. UGD harus memiliki entrance dan akses yang mudah dicapai. Gedung poliklinik yang berfungsi untuk pelayanan rawat jalan bagi pasien yang tidak dirawat inap menempati gedung yang memiliki kemudahan akses, baik ke ruang-ruang pelayanan penunjang maupun ke ruangan rawat inap.
Sebagai bangunan yang berfungsi utama sebagai fasilitas perawatan kesehatan, penting bagi rumah sakit untuk memperhatikan kelancaran sirkulasi menuju ruang-ruang yang dibutuhkan. Kenyamanan sirkulasi di dalam rumah sakit secara keseluruhan sangat berpengaruh terhadap kegiatan pelayanan kesehatan yang berlangsung di dalamnya. Terealisasinya koridor penghubung sangat membantu aktivitas pelayanan rumah sakit.
Gambar 7. Tempat Tidur dan Obat-Obatan
Tahun 2010 RSUD Sanana melalui APBD merealisasikan kegiatan sebagai berikut :
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pengadaan alkes/tempat tidur | Terpenuhinya tempat tidur di rumah sakit |
2 | Pengadaan obat-obatan | Tersedianya kebutuhan obat RS dalam 1 tahun |
Tabel 7. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBD tahun 2010
Sampai tahun 2009 jumlah tempat tidur di RSUD Sanana berjumlah 65 buah. Dengan kegiatan pengadaan tempat tidur pada tahun 2010, total jumlah tempat tidur menjadi 73 buah. Pengadaan obat-obatan direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan obat rumah sakit selama satu tahun.
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pengadaan alkes PONEK | Tersediannya alkes PONEK di rumah sakit |
Tabel 8. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN DAK tahun 2010
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) adalah pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi. Program ini sangat berperan dalam mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Diharapkan dengan tersedianya peralatan PONEK, RSUD Sanana mampu menyelenggarakan program ini disamping tentunya ditunjang dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang sesuai kompetensinya.
NO | PROGRAM/KEGIATAN | SASARAN |
1 | Pembangunan gedung rawat inap | Tersedianya gedung rawat inap |
2 | Pembangunan ged. maternal neonatal | Tersedianya gedung PONEK |
3 | Pembangunan gedung apotik | Tersediannya gedung apotik |
4 | Pembangunan gedung incenerator | Tersediannya gedung incenerator |
5 | Pembangunan koridor penghubung | Mempermudah akses antar gedung |
6 | Rehabilitasi gedung ICU | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
7 | Rehabilitasi gedung laboratorium | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
8 | Rehabilitasi gedung rawat inap | Memperbaiki ged. pelayanan agar bisa digunakan |
9 | Pengadaan alat kesehatan | Tersediannya alat kesehatan yang memadai |
10 | Pengadaan mobileur RS | Tersediannya mobileur bagi gedung baru |
11 | Pengadaan AC & Kulkas | Tersediannya AC & Kulkas bagi gedung baru |
12 | Pengadaan Incenerator | Tersedianya alat pengolahan sampah RS |
13 | Pengadaan mobil ambulance | Tersedianya mobil ambulance yang memadai |
14 | Pengadaan SIM RS | Menerapkan sistem informasi RS yang baik |
Tabel 9. Realisasi kegiatan RSUD Sanana yang bersumber dari APBN TP tahun 2010
Pada tahun 2010 RSUD Sanana merealisasikan kegiatan melalui anggaran Tugas Pembantuan antara lain pembangunan beberapa gedung pelayanan kesehatan. Pembangunan ini terutama ditujukan untuk mengorganisir gedung-gedung pelayanan agar dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan aktivitas rumah sakit.
Gambar 8. Gedung Rawat Inap
Gambar 9. Koridor Penghubung
Penambahan koridor penghubung di tahun 2010, diharapkan dapat meminimalisir kesulitan akses antar ruangan akibat minimnya koridor yang ada dan letak gedung-gedung pelayanan yang tidak sama tingginya. Beberapa gedung pelayanan yang rusak direhabilitasi agar dapat dimanfaatkan sesuai peruntukkannya, seperti gedung laboratorium, ruang operasi dan gedung ICU.
Gambar 10. Ruang Operasi dan Ruang ICU
Pengadaan alat kesehatan direalisasikan untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan yang belum ada atau mengganti alat kesehatan yang rusak. Minimnya mobileur, AC dan kulkas di RSUD Sanana diharapkan dapat terpenuhi dengan kegiatan pengadaan dari anggaran TP ini, sehingga dapat mengisi gedung-gedung pelayanan dan dimanfaatkan dalam kegiatan pelayanan kepada masyarakat.
Gambar 11. Mobileur Rumah Sakit
Pengadaan Incenerator serta pembangunan gedung tempat incenerator merupakan salah satu syarat penting dalam usaha mencapai standar kesehatan lingkungan sebuah rumah sakit. Begitu pula halnya dengan pengadaan mobil ambulance beserta peralatan emergency di dalamnya diharapkan dapat memenuhi pelayanan rawat darurat sesuai standar pelayanan minimal rumah sakit.
Gambar 12. Gedung Incenerator dan Ambulance
Dengan diterapkannya Sistem Informasi Manajemen (SIM) di RSUD Sanana diharapkan mampu merealisasikan suatu sistem informasi yang terpadu, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efisien, menyimpan dan mengolah data agar dapat menjadi informasi yang berguna. SIM adalah suatu sistem yang menggunakan komputer sebagai dasar untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Informasi yang dihasilkan akan menggambarkan keadaan rumah sakit secara akurat dan tepat waktu, yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsi-fungsi operasional secara efektif.
Gambar 13. Sistim Informasi Manajemen RS
Dalam hal audit medik, SIM RS sangat dibutuhkan karena :
a. Teknologi kedokteran makin berkembang, makin kompleks, makin beresiko dan mahal sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat.
b. Teknologi SIM RS memungkinkan melakukan pengawasan ketat dengan biaya yang wajar.
c. Kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit harus dilakukan seefektif dan seefisien mungkin.
B. Pendapatan Asli Daerah
Sumber dana penerimaan sebagian besar disetorkan ke kas daerah sebagai PAD RS, sedangkan sebagian lagi merupakan jasa pelayanan rumah sakit. Hal ini mengacu kepada Undang-undang No. 1 tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara di mana jasa sarana rumah sakit merupakan bagian dari retribusi Pemerintah Daerah. Peningkatan PAD rumah sakit sangat dipengaruhi oleh ketenagaan, sarana prasarana serta terpenuhinya pembiayaan operasional rumah sakit.
Ketersediaan tenaga baik medis maupun paramedis mempengaruhi angka kunjungan pasien ke rumah sakit. Demikian pula halnya, ketersediaan tenaga medis dan paramedis harus diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana serta pembiayaan operasional yang menopang kwalitas kerja dari dokter dan perawat di rumah sakit. Ketiga faktor ini tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Gambar 14. Penerimaan Retribusi melalui Kasir RS
Gambar 7. PAD RSUD Sanana tahun 2008 – 2010
Pada tahun 2007 PAD RSUD Sanana mulai disetorkan ke kas daerah. Tahun 2009 rumah sakit mulai melaksanakan reformasi total, salah satunya dengan memperbaiki sistem manajemen keuangan rumah sakit. Reformasi ini menyebabkan PAD RSUD Sanana meningkat hingga 416% pada tahun 2009 dan 406% pada tahun 2010.
NO | BULAN | PAD RSUD SANANA | ||
2008 (Rp) | 2009 (Rp) | 2010 (Rp) | ||
1 | Januari | Rp 5,477,010 | Rp 12,229,000 | Rp 60,619,362 |
2 | Pebruari | Rp 6,135,650 | Rp 11,906,500 | Rp 21,216,200 |
3 | Maret | Rp 6,105,150 | Rp 12,196,000 | Rp 32,091,043 |
4 | April | Rp 5,336,550 | Rp 15,766,400 | Rp 26,231,550 |
5 | Mei | Rp 11,111,210 | Rp 15,503,500 | Rp 39,883,580 |
6 | Juni | Rp 8,620,125 | Rp 32,055,100 | Rp 67,627,900 |
7 | Juli | Rp 7,592,600 | Rp 20,605,200 | Rp 70,731,101 |
8 | Agustus | Rp 6,666,120 | Rp 26,450,941 | Rp 24,643,141 |
9 | September | Rp 2,984,350 | Rp 20,891,550 | Rp 20,295,100 |
10 | Oktober | Rp 8,922,160 | Rp 24,878,050 | Rp 98,841,598 |
11 | Nopember | Rp 2,945,805 | Rp 40,192,164 | Rp 37,026,637 |
12 | Desember | Rp 5,580,605 | Rp 37,442,500 | Rp 110,524,614 |
Total | Rp 77,477,335 | Rp 270,116,905 | Rp. 609,731,826 | |
Target | Rp 60,000,000 | Rp 65,000,000 | Rp 150,000,000 | |
Kenaikan (%) | 129% | 416% | 406% |
Tabel 10. Persentase kenaikan PAD RSUD Sanana
C. Pelayanan Kesehatan
1. Instalasi Rawat Jalan
Pelayanan Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal dirawat inap. Sejak ditetapkan sebagai rumah sakit tipe D pada tahun 2008, Instalasi Rawat Jalan memberikan pelayanan medis umum, gigi, KIA dan Rehabilitasi Medik. Pelayanan spesialistik belum dapat diberikan secara rutin mengingat kesiapan tenaga, sarana dan prasarana serta pembiayaan rumah sakit yang belum memadai.
Gambar 16. Instalasi Rawat Jalan
Realisasi kunjungan pasien pada Instalasi Rawat Jalan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO | POLIKLINIK | JUMLAH PASIEN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Umum | 377 | 512 | 909 |
2 | Gigi dan Mulut | 310 | 378 | 581 |
3 | KIA dan KB | 85 | 40 | 99 |
4 | Fisioterapi | 9 | 6 | 27 |
TOTAL | 781 | 936 | 1616 |
Tabel 11. Jumlah kunjungan Pelayanan Umum di Instalasi Rawat Jalan
NO | POLIKLINIK | JUMLAH PASIEN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Penyakit Dalam | 50 | 0 | 179 |
2 | Kesehatan Anak | 332 | 230 | 250 |
3 | Bedah | 0 | 0 | 86 |
4 | Kebidanan dan Kandungan | 0 | 0 | 100 |
5 | Kulit & Kelamin | 0 | 0 | 87 |
TOTAL | 382 | 230 | 702 |
Tabel 12. Jumlah kunjungan Pelayanan Spesialistik di Instalasi Rawat Jalan
Peningkatan jumlah kunjungan rawat jalan pada tahun 2010 berkaitan dengan peningkatan kepercayaan masyarakat dan ketersediaan tenaga medis dokter spesialis. Sebagai rumah sakit rujukan tingkat kabupaten, diharapkan pengunjung rumah sakit berasal dari pelayanan kesehatan tingkat di bawahnya yaitu puskesmas, pustu, polindes, atau praktek swasta. Namun upaya kesehatan rujukan ini belum berjalan dengan baik. Faktor yang mempengaruhi upaya ini antara lain, letak geografis, sarana transportasi, serta faktor sosial lainnya.
NO | PENYAKIT TERBANYAK RAWAT JALAN | ||
TAHUN 2008 | TAHUN 2009 | TAHUN 2010 | |
1 | ISPA | ISPA | ISPA |
2 | Malaria | Malaria | Gangren Pulpa |
3 | Influenza | Gangren Pulpa | Pulpitis Kronis |
4 | Gastritis | Pulpitis Kronis | Malaria |
5 | Bronchitis | Gangren Radix | Gangren Radix |
6 | Hypertensi | Gastritis | Gastritis |
7 | Gangren Pulpa | Periodontitis | Periodontitis |
8 | Pulpitis Kronis | Diabetes Melitus | Persistensi |
9 | Asma Bronchiale | Hypertensi | Pulpitis Akut |
10 | Gastro Entritis Akut | Pulpitis Akut | Hypertensi |
Tabel 13. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Jalan
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) menempati urutan teratas dari sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Jalan sepanjang tahun 2008 sampai 2010. Penyakit gigi dan mulut cukup mendominasi terutama dipengaruhi oleh angka kunjungan di Poliklinik Gigi yang cukup tinggi, karena pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Kepulauan Sula hanya terdapat di RSUD
Sanana, Puskesmas Falabisahaya, Puskesmas Dofa dan Puskesmas Bobong. Pelayanan gigi dan mulut di RSUD Sanana merupakan satu-satunya di pulau Sulabessy.
2. Instalasi Rawat Darurat
Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah/menanggulangi resiko kematian atau cacat. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Rawat Darurat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO | PENYAKIT TERBANYAK RAWAT DARURAT | ||
TAHUN 2008 | TAHUN 2009 | TAHUN 2010 | |
1 | V. Laceratum | V. Laceratum | V. Laceratum |
2 | Trauma Capitis | Trauma Capitis | Malaria |
3 | V. Exconatum | V. Exconatum | GEA |
4 | GEA | Trauma tumpul | Trauma Capitis |
5 | Dyspepsia | Observ.Febris | V. Exconatum |
6 | Trauma tumpul | GEA | Dyspepsia |
7 | V. Ictum | Dyspepsia | Kolic Abdomen |
8 | Observ.Febris | Hypertensi | Trauma tumpul |
9 | Hypertensi | Asma Bronchiale | Hypertensi |
10 | Asma Bronchiale | V. Ictum | Asma Bronchiale |
Tabel 14. Sepuluh penyakit terbanyak di Instalasi Gawat Darurat
Sebagai ‘pintu gerbang’ rumah sakit, unit gawat darurat (UGD) menjadi ujung tombak mutu pelayanan dan perawatan. Mutu pelayanan ditentukan pada faktor kecepatan, ketepatan terapi atau tindakan yang dilakukan di UGD, yang semua itu sangat dipengaruhi oleh kesiapan tenaga medis/paramedis, sarana prasarana serta pembiayaan rumah sakit.
Gambar 17. Instalasi Rawat Darurat
3. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur. Meskipun pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat mengalami peningkatan, namun pemanfaatan tempat tidur belum mencapai standar yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan.
INDIKATOR | TAHUN | ||
2008 | 2009 | 2010 | |
Bed Occupancy Rate (BOR) | 15,8% | 13,1% | 20,3% |
Average Length Of Stay (ALOS) | 2,3 hari | 2,4 hari | 5,8 hari |
Bed Turn Over (BTO) | 12,7 kali | 10,8 kali | 3,4 kali |
Turn Over Interval (TOI) | 12,5 hari | 16 hari | 7,4 hari |
Tabel 15. Indikator pemanfaatan tempat tidur di Instalasi Rawat Inap
Indikator di atas menunjukkan masih kurangnya pemanfaatan tempat tidur oleh masyarakat. Banyak faktor yang mempengaruhi keengganan masyarakat untuk dirawat inap di rumah sakit. Faktor-faktor itu antara lain, ketidaknyamanan berada lama di rumah sakit, ketidaktahuan akan pentingnya pelayanan kesehatan ataupun keadaan sosial ekonomi masyarakat. Citra RSUD Sanana di masa lalu yang belum siap untuk memberikan pelayanan kesehatan, akibat masih kurangnya tenaga kesehatan maupun sarana prasarana sangat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap rumah sakit. Diharapkan dengan perbaikan-perbaikan yang dilakukan saat ini, dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap rumah sakit.dimasa yang akan datang.
Gambar 18. Instalasi Rawat Inap
4. Penunjang Medis
Peranan instalasi farmasi, laboratorium dan radiologi di rumah sakit sangat vital, terutama dalam menegakkan diagnosa, menuntun tindakan medik yang akan dikerjakan serta memantau perbaikan kondisi pasien. Peningkatan pelayanan penunjang medis terus meningkat dari tahun ke tahun, yang tentu saja menuntut ketersediaan obat dan Bahan Habis Pakai (BHP) di rumah sakit.
NO | PENUNJANG MEDIS | JUMLAH KUNJUNGAN | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Farmasi | 5.789 | 5.943 | 19.253 |
2 | Laboratorium | 389 | 684 | 1926 |
3 | Radiologi | 0 | 0 | 466 |
Tabel 16. Kunjungan di Pelayanan Penunjang Medis
Peningkatan pelayanan kebutuhan obat dan BHP dari Instalasi Penunjang Medis masih membutuhkan pembenahan lebih lanjut. Kesiapan SDM, peralatan penunjang medis maupun pembiayaan sangat mempengaruhi pelayanan penunjang medis di rumah sakit.
Gambar 19. Instalasi Penunjang Medik
5. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Pelayanan rumah sakit bersifat semi public good dimana biaya kesehatan dan kemampuan masyarakat membayar bervariasi. Ada yang mampu tetapi banyak juga yang tidak mampu. Sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah yang mengemban misi sosial, pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu menjadi aspek yang perlu mendapat perhatian. Sampai saat ini jumlah masyarakat yang menjadi peserta Jamkesmas belum mencakup semua masyarakat miskin di Kabupaten Kepulauan Sula.
NO | CARA PEMBAYARAN | JUMLAH (dalam %) | ||
2008 | 2009 | 2010 | ||
1 | Bayar sendiri | 89,40 | 80,60 | 86,40 |
2 | Askes | 4,89 | 5,10 | 6,50 |
3 | Jamkesmas | 4,89 | 13,80 | 6,60 |
4 | Keterangan tidak mampu | 0,40 | 0,07 | 0,20 |
5 | Lain-lain | 0,42 | 0,43 | 0,30 |
Tabel 17. Kunjungan berdasarkan cara pembayaran
Tahun 2010 jumlah kunjungan masyarakat tidak mampu yang tidak memiliki kartu jamkesmas mencapai 0,5% dari total kunjungan ke rumah sakit. Sejak tahun 2009 telah dialokasikan anggaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat tidak mampu yang diharapkan dapat membantu masyarakat yang membutuhkannya.
BAB V
MASALAH DAN PEMECAHANNYA
1. Sistem Manajemen Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang padat modal, padat karya, padat tehnologi bahkan padat profesi, sehingga memerlukan dana yang cukup disamping upaya manajemen yang profesional guna tercapainya efisiensi dan efektifitas pelayanan yang optimal. Dilain pihak sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah dengan pembiayaan yang terbatas, rumah sakit tetap diwajibkan untuk mengutamakan peran sosial dan kemanusiaan.
Proses manajemen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya untuk mengelola sebuah rumah sakit secara baik. Tanpa adanya suatu proses manajemen yang baik, aktivitas pelayanan rumah sakit kepada masyarakat tidak dapat mencapai tujuannya. Penerapan fungsi-fungsi manajemen selalu terkait dengan beberapa hal penting lainnya seperti pembiayaan, koordinasi intersektor, SDM, dan teknologi tepat guna di bidang perumahsakitan.
Salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dan akan mempengaruhi keberhasilan penerapan fungsi-fungsi lainnya adalah perencanaan rumah sakit. Kelemahan dalam aspek perencanaan harus segera diatasi, karena sulit menerapkan aspek lainnya apabila perencanaan masih lemah. Perencanaan rumah sakit pada dasarnya adalah suatu upaya yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Manajemen yang baik harus mampu menciptakan harapan ataupun tujuan menjadi kenyataan, bukan membiarkan segala sesuatu terjadi dengan sendirinya sehingga membuka peluang untuk menimbulkan masalah.
Upaya-upaya pembenahan manajemen RSUD Sanana mulai dilakukan sejak awal tahun 2009. Kesadaran akan pentingnya peranan manajemen rumah sakit dalam dua bidang yang berbeda sekaligus yaitu sebagai manajer secara umum dan sebagai manajer klinik, merupakan dasar pembenahan sistem di RSUD Sanana. Sistem manajemen di rumah sakit merupakan kombinasi dari pelayanan administrasi dan pelayanan klinik.
Permasalahan yang dihadapi adalah masih minimnya pemahaman baik dari stakeholder internal maupun eksternal akan kedua peran ganda ini. Manajemen rumah sakit memiliki tingkat keunikan tersendiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Memanajerial klinik yaitu menjaga mutu pelayanan pasien sekaligus memanajerial para pemberi jasa di rumah sakit seperti dokter, perawat dan petugas lainnya.
b. Manajer rumah sakit harus memiliki pengetahuan ganda meliputi pengetahuan kesehatan dan pengetahuan lain di luar bidang kesehatan seperti, keuangan, arsitek, teknik mesin, tata boga dan sebagainya.
c. Kegiatan manajerial rumah sakit harus dilakukan oleh tenaga yang berasal dari kalangan medik dan non medik.
d. Tuntutan masyarakat dan klinisi akan pelayanan yang bermutu dengan kenyataan bahwa prosedur pelayanan medik yang bermutu seringkali membutuhkan biaya yang mahal.
e. Rumah sakit adalah institusi yang paling kompleks, tidak boleh error dan beroperasi 24 jam setiap hari.
Dalam perkembangan sekarang ini rumah sakit dihadapkan pada tanggung jawab sosial di satu pihak dan ketersediaan anggaran di pihak lainnya. Masyarakat menginginkan pelayanan kesehatan yang terbaik yang dapat diberikan oleh rumah sakit. Para dokter dan klinisi mengharapkan prosedur yang rinci dapat dilakukan dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Namun manajemen rumah sakit menghadapi kenyataan bahwa prosedur medik yang rinci seringkali membutuhkan biaya yang mahal dan sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah, pengelolaan keuangan rumah sakit dipengaruhi oleh ketersediaan anggaran Pemerintah Daerah.
B. Membenahi Sarana dan Prasarana
1. Sarana
Membenahi sarana pelayanan kesehatan di RSUD Sanana membutuhkan perencanaan dan anggaran yang tidak sedikit. Tetapi apabila pembenahan ini tidak segera dilakukan maka semua kegiatan pelayanan di rumah sakit tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai standar pelayanan rumah sakit.
Ada banyak faktor yang menyebabkan RSUD Sanana mengalami kesulitan untuk mengembangkan diri, tetapi salah satu faktor utamanya adalah sulitnya akses antar ruang-ruang pelayanan menyebabkan aktivitas pelayanan tenaga medis dan paramedis di rumah sakit tidak maksimal. Dengan kondisi tata letak bangunan seperti saat ini, RSUD Sanana membutuhkan tenaga medis dan paramedis yang jauh lebih banyak lagi akibat beban kerja yang berlebih untuk satu orang. Ironisnya bukan karena banyaknya kunjungan pasien ke rumah sakit, tetapi karena penataan bangunan dan kondisi lahan rumah sakit yang menyulitkan petugas.
Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang seharusnya tidak boleh terjadi error , namun error yang terjadi di RSUD Sanana telah nampak dengan jelas sejak awal kita memasuki gerbang rumah sakit. Kenyataan minimnya jumlah pasien, tidak bisa menjadi alasan diabaikannya standar-standar pelayanan sebuah rumah sakit. Sebagai rumah sakit non profit milik Pemerintah Daerah, manajemen RSUD Sanana selalu berusaha mencapai standar pelayanan minimal yang seharusnya dimiliki oleh sebuah rumah sakit meskipun dengan sumber daya yang sangat terbatas.
Pada tahun anggaran 2009 dan 2010, RSUD Sanana mendapatkan dana Tugas Pembantuan dari Departemen Kesehatan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh manajemen rumah sakit untuk membenahi dan mengorganisir kembali tata letak dan mengalihkan fungsi beberapa bangunan yang telah ada, sehingga pelayanan diharapkan mempunyai hubungan fungsional antar unit secara lebih efisien.
Unit Gawat Darurat letaknya dialihkan di depan pintu gerbang rumah sakit, sehingga mudah dicapai dari luar, mudah diketahui dan dapat langsung berhubungan dengan instalasi pelayanan lainnya. Poliklinik yang awalnya terletak di lokasi yang paling rendah, dialihfungsikan untuk menempati salah satu gedung perawatan. Saat ini letak poliklinik mudah dicapai dan berhubungan langsung dengan gedung-gedung pelayanan rawat inap.
Koridor-koridor rumah sakit dibangun untuk menghubungkan bangunan yang satu dengan lainnya. Koridor-koridor ini diatur dan ditata dengan sudut kemiringan seusai standar rumah sakit, agar akses antar ruangan dapat dicapai dengan mudah. Pengaturan ini tidak bisa mengubah koridor yang telah dibangun sebelumnya dengan sudut kemiringan yang cukup besar, namun usaha untuk meminimalisir kemiringan dan kesulitan transportasi manusia dan barang telah dilakukan semaksimal mungkin.
Sarana gedung yang rusak dan tidak bisa digunakan direhabilitasi agar dapat dimanfaatkan, namun sampai tahun 2010 rehabilitasi belum mencakup beberapa gedung pelayanan lainnya karena keterbatasan anggaran. Anggaran pemeliharaan rumah sakit yang ada, tidak mencukupi dibanding besarnya kerusakan yang terjadi setiap tahunnya.
aan
Gambar 19. Kerusakan sarana rumah sakit
2. Prasarana
Permasalahan prasarana rumah sakit seperti listrik dan air bersih, merupakan masalah klasik dan akut yang terjadi di RSUD Sanana. Masalah listrik tidak saja mengakibatkan kerusakan pada banyak alat elektromedik rumah sakit, tapi sangat membahayakan nyawa pasien-pasien rumah sakit. Koordinasi antar instansi baik dengan Dinas Pertambangan dan Energi maupun dengan Perusahaan Listrik Negara Kabupaten Kepulauan Sula telah dilakukan, namun sampai saat ini tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Masalah air bersih juga merupakan salah satu kendala bagi RSUD Sanana. Letak rumah sakit di ketinggian menyebabkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak mampu menjangkau lokasi rumah sakit. Usaha untuk mendapatkan air bersih sudah dilakukan dengan cara menggali sumur bor, namun sampai saat ini hanya satu yang dapat dimanfaatkan oleh rumah sakit. Sumur bor tentu saja sangat berhubungan dengan tersedianya listrik, dengan kondisi listrik seperti saat ini secara otomatis ketersediaan air terganggu dan hal ini sangat mengganggu pelayanan rumah sakit secara umum.
Gambar 20. Prasarana rumah sakit yang sering rusak
Aktifitas pelayanan rumah sakit membutuhkan mesin-mesin dan alat-alat kesehatan sebagai penunjang pelayanan. Mesin dan alat kesehatan tersebut membutuhkan pemeliharaan agar tetap berfungsi dengan baik, dan pemeliharaan tentunya membutuhkan biaya, namun kerusakan akan membutuhkan biaya yang lebih banyak lagi. Biaya perbaikan mesin dan alat kesehatan yang rusak bisa menjadi sangat mahal akibat beberapa faktor seperti, sulitnya mencari teknisi, sulitnya mendapatkan suku cadang atau bahkan harus dikirim ke luar daerah untuk memperbaikinya.
C. Pelayanan Klinik Rumah Sakit
RSUD Sanana merupakan rumah sakit satu-satunya di Kabupaten Kepulauan Sula. Data yang ada menunjukkan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula sangat rendah, baik oleh masyarakat umum maupun masyarakat yang telah memiliki kartu Jamkesmas/Askes.
Rumah sakit adalah suatu lembaga yang memberikan pelayanan klinik sehingga mutu klinik merupakan indikator penting bagi baik buruknya sebuah rumah sakit. Untuk menghasilkan pelayanan yang bermutu, rumah sakit harus ditunjang dengan kesiapan sumber daya, baik yang mudah diukur seperti biaya, bangunan, peralatan, material dan informasi maupun sumber daya yang sulit diukur seperti waktu dan manusia. Proses interaksi sumber daya dengan manajemen inilah yang akan menentukan bagaimana pelayanan di rumah sakit akan dihasilkan. Namun sebagai rumah sakit milik Pemerintah Daerah, kesiapan sumber daya merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian kita bersama.
Sampai saat ini kesiapan sumber daya RSUD Sanana belum memadai, masalah sarana, prasarana, SDM dan pembiayaan merupakan kendala utama bagi pelaksanaan audit klinik. Audit klinik memungkinkan semua kinerja klinik dapat dimonitor, praktik klinisi bisa dievaluasi dan hasil evaluasi digunakan untuk melakukan perbaikan sehingga good clinical governance dapat tercapai.
D. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Jumlah dan jenis SDM di RSUD Sanana belum sesuai dengan standar kebutuhan rumah sakit. Pelayanan rumah sakit yang bersifat langsung dan mengemban tanggung jawab tertentu, menuntut tenaga kerja siap pakai dan sesuai dengan bidang pendidikannya.
NO. | JENIS KETENAGAAN | JUMLAH | KEBUTUHAN | ||
PNS | KONTRAK / HONORER | ||||
I. | MANAJEMEN | ||||
1 | Pasca Sarjana (S2 Magister RS) | 1 | 1 | ||
2 | Sarjana Kedokteran /Dokter | - | 1 | ||
2 | Sarjana Kesehatan Masyarakat | 2 | 3 | ||
3 | Sarjana Keperawatan/Ns | - | 1 | ||
4 | Sarjana Ekonomi/akuntansi | - | 1 | 5 | |
5 | Sarjana Hukum | - | - | 1 | |
6 | D3 Elektromedik | 1 | 2 | ||
7 | D3 Keperawatan | 3 | 3 | ||
8 | D3 Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi | 1 | - | ||
9 | D3 Manajemen Informatika | 1 | 1 | 4 | |
9 | D3 Rekam Medik | - | 3 | ||
10 | SLTA Keperawatan | 1 | - | ||
11 | STM | - | - | 2 | |
12 | SLTA | 2 | 2 | ||
II. | FUNGSIONAL | ||||
1 | Dokter Spesialis | 1 | 1 | 5 | |
2 | Dokter Umum | 3 | 1 | 6 | |
3 | Dokter Gigi | 1 | 1 | ||
4 | Apoteker | 3 | 2 | ||
5 | Sarjana Keperawatan/Ns | 3 | 4 | ||
6 | Sarjana Keperawatan | 3 | - | ||
7 | Sarjana Farmasi | 4 | 1 | 5 | |
8 | Sarjana Kesehatan Masyarakat | 2 | - | ||
9 | D4 Kebidanan | 2 | 4 | ||
10 | D3 Keperawatan | 26 | 7 | 60 | |
11 | D3 Kebidanan | 8 | 1 | 15 | |
12 | D3 Kesehatan Gigi | 1 | 1 | ||
13 | D3 Fisioterapi | 3 | 3 | ||
14 | D3 Farmasi | 1 | 8 | ||
15 | D3 Analis Kimia | 1 | - | ||
16 | D3 Analis Kesehatan | - | 6 | ||
16 | D3 Kesehatan Gizi | 4 | 5 | ||
17 | D3 Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi | 1 | 2 | ||
18 | D3 Penata Anestesi | 1 | 1 | ||
19 | D3 Kesehatan Lingkungan | 2 | 2 | ||
20 | D1 Kebidanan | 8 | - | ||
21 | Program Pendidikan Bidan (PPB) | 2 | - | ||
22 | Pekarya Kesehatan | 1 | - | ||
23 | Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) | 8 | - | ||
24 | Sekolah Perawat Rawat Gigi (SPRG) | 1 | - | ||
25 | Sekolah Menengah Farmasi (SMF) | 4 | - | ||
26 | Sekolah Menengah Analis Kimia (SMAK) | 1 | - | ||
27 | Sekolah Pembantu Ahli Gizi (SPAG) | 1 | - | ||
28 | Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) | 1 | 4 | 8 | |
29 | Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) | 4 | 11 | 15 | |
30 | Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) | 1 | - | ||
31 | Sekolah Dasar (SD) | 1 | - | ||
TOTAL | 109 | 31 | 181 |
Tabel 18. Kondisi ketenagaan RSUD Sanana dan kebutuhannya.
Banyak faktor yang dihadapi RSUD Sanana mengenai ketenagaan, latar belakang pendidikan sangat mempengaruhi pelaksanaan jenis pekerjaan sesuai dengan kebutuhan administrasi dan pelayanan di rumah sakit. Misalnya, tidaklah mudah bagi seseorang dengan latar belakang pendidikan keperawatan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi keuangan, tetapi kenyataan di RSUD Sanana, tidak ada seorang PNS yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi. Hal ini tentunya sangat menyulitkan, karena tidak mungkin memberi tanggung jawab tugas-tugas bendahara kepada seorang yang berstatus honorer.
Rumah sakit sebagai suatu institusi bukan saja membutuhkan tenaga dokter dan paramedis, namun juga membutuhkan tenaga komputer untuk mengurusi sistem informasi manajemen rumah sakit, membutuhkan tenaga teknik untuk mengurusi alat-alat kesehatan, instalasi listrik, instalasi air dan lain sebagainya. Minimnya ketenagaan dan kesesuaian latar belakang pendidikan dengan tuntutan kebutuhan, menyebabkan beban kerja pegawai bertambah dan mutu kerja menurun.
Ketidaksesuaian latar belakang pendidikan dengan kebutuhan merupakan salah satu masalah di rumah sakit. Di Instalasi laboratorium, rumah sakit membutuhkan tenaga ‘analis kesehatan’ yang diharapkan dapat melakukan pemeriksaan laboratorium kesehatan, namun yang ditugaskan di rumah sakit adalah tenaga ‘analis kimia’ yang tentunya tidak memahami tugas dan pekerjaaan seorang ‘analis kesehatan’ di laboratorium rumah sakit. Jangankan untuk melakukan pemeriksaan rutin laboratorium, mengambil darah pasien saja tidak bisa.
Upaya-upaya menanggulangi masalah ketenagaan ini telah dilakukan rumah sakit sejak tahun 2009, dengan melakukan komunikasi dengan pihak terkait baik secara lisan maupun tertulis, namun sampai saat ini ketenagaan di rumah sakit belum memadai. Upaya merekrut pegawai kontrak dan honorer baik tenaga medis maupun tenaga non medis merupakan satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan ketenagaan di rumah sakit, namun cara ini tentunya sangat berhubungan dengan kemampuan pembiayaan rumah sakit.
Pengembangan mutu pegawai menjadi salah satu perhatian utama rumah sakit. Mutu kerja ketenagaan meliputi pengetahuan dan ketrampilan merupakan syarat penting yang dibutuhkan oleh seorang pegawai rumah sakit untuk melakukan pekerjaan, tugas dan mengemban tanggung jawabnya. Secara umum pengembangan mutu ketenagaan bisa diperoleh melalui pendidikan tambahan dan pengalaman pekerjaan. Pendidikan tambahan membutuhkan biaya dan waktu, yang tentunya akan mempengaruhi jalannya pelayanan di rumah sakit yang memang sudah minim dalam hal jumlah tenaga dan pembiayaan. Sedangkan pengalaman pekerjaan sangat dipengaruhi oleh faktor personal pegawai itu sendiri. Namun satu hal yang pasti, setiap tenaga di rumah sakit wajib mengembangkan mutu profesionalisme di bidangnya masing-masing, karena pengembangan mutu pegawai akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya.
Gambar 21. Multi profesi
Gambar 22. Multi Teknologi
Gambar 23. Olahraga dan kerja bakti
BAB VI
PENUTUP
Sampai akhir tahun 2010 masih banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi manajemen RSUD Sanana. Kemajuan dan keberhasilan pada beberapa kegiatan/program, tidaklah berarti apa-apa bila dibandingkan dengan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit.
Peningkatan PAD rumah sakit, peningkatan jumlah kunjungan maupun peningkatan sarana prasarana belum mampu menepis keluhan ketidakpuasan berbagai pihak akan pelayanan rumah sakit. Sebagai institusi yang mempunyai tugas utama memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka rumah sakit membutuhkan berbagai sumber daya yang harus diatur melalui proses manajemen yang baik. Rumah sakit mempunyai kewajiban dan tanggungjawab moral untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Di lain pihak perlu disadari akan kompleksnya masalah yang dihadapi oleh rumah sakit sebagai institusi yang bersifat padat karya, padat modal, padat profesi serta padat teknologi. Akumulasi dari tuntutan lingkungan terhadap keterbatasan RSUD Sanana diharapkan dapat menjadi perhatian Pemerintah Daerah.
Permisi Pak. Pak Kalau bisa tulisannya di rapikan dulu yach..hehehehehe
BalasHapus