Jumat, 13 November 2015
Kamis, 12 November 2015
SIKRISI ANALISIS MOTIVASI KERJA DOKTER PNS DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat itu dambaan setiap manusia yang hidup
dimuka bumi ini, sedangkan memperoleh pelayanan kesehatan merupakan hak dasar
masyarakat, yang sebagai-mana di atur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H, dinyatakan bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Begitu juga dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
menyebutkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Dengan demikian kesehatan selain sebagai hak asasi manusia, kesehatan
juga merupakan suatu investasi.
Berbagai studi penelitian
menunjukkan bahwa tenaga kesehatan merupakan kunci utama
dalam keberhasilan pencapaian
tujuan pembangunan
kesehatan. Tenaga kesehatan
memberikan kontribusi hingga
80% dalam
keberhasilan pembangunan kesehatan. Sehingga salah
satu prioritas tujuan Pengembangan Kesehatan dalam kurun waktu 2010 - 2014 adalah masalah tenaga kesehatan, baik jumlah,
jenis,
kualitas,
maupun distribusinya. Rasio tenaga kesehatan
per 100.000 penduduk sampai saat ini belum memenuhi target yang
ditetapkan. (Dep-Kes RI
2011)
Dari data rencana pengembangan tenaga kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Tahun 2011 - 2025. Sampai dengan tahun 2010, rasio tenaga kesehatan untuk dokter spesialis
per 100.000 penduduk adalah
sebesar 7,73 dibanding target 9;
dokter umum 26,3 dibanding target 30; dokter
gigi 7,7 dibanding target 11; perawat 157,75 dibanding target 158; dan bidan 43,75
dibanding target
75. Dengan memperhatikan standar ketenagaan
yang berlaku, maka masih terdapat kekurangan tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan terutama
tenaga dokter. (Dep-Kes RI 2011)
Kekurangan
tenaga dokter saat ini sangat dirasakan oleh masyarakat di Kabupaten Kepulauan
Sula Provinsi Maluku Utara. Dilihat dari ketika mereka sakit dan ingin berobat
ke fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas tetapi tidak ada tenaga
dokter di puskesmas tersebut, lebih memperihatinkan lagi bila pasien dalam keadaan gawat (emergency) atau
Kejadian Luar Biasa (KLB) di salah
satu desa/kecamatan yang letaknya jauh dari ibu kota kabupaten, mereka harus
merujuk ke Ibu Kota Kabupaten, sedangkan perjalanan dari desa/kecamatan ke Ibu Kota Kabupaten harus ditempuh melalui lautan dan membutuhkan waktu dan biaya yang banyak. Kondisi ini menjadi lebih sulit jika cuaca tidak bersahabat.
Secara
geografis Kabupaten Kepulauan Sula adalah daerah kepulauan yang terdiri dari
tiga pulau yaitu Pulau Sula, Pulau Mangoli dan Pulau Taliabu, dengan jumlah penduduk
sebanyak 135.719 jiwa, untuk menjangkau satu daerah ke daerah lain hanya dapat
dijangkau dengan transportasi laut, dimana daerah-daerah tersebut sama sekali
tidak menarik minat dokter untuk bekerja dalam jangka waktu yang lama.
Dari
sisi kemampuan ekonomi masyarakat Sula sangat bervariasi, namun secara umum
dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar masyarakat memiliki ekonomi
menengah kebawah bahkan ada daerah dengan kekuatan ekonomi yang rendah.
Situasi
ini menyebabkan terjadinya penumpukan dokter pada daerah tertentu terutama pada
daerah perkotaan, sedangkan pada daerah yang secara geografis yang cukup sulit,
banyak dokter enggan untuk bertugas di daerah tersebut, oleh sebab itu untuk
memotivasi dokter agar berminat bekerja lebih lama dan nyaman, pemerintah menyediakan
insentif perbulan sebesar Rp. 5.882,500,- (Lima Juta Delapan Ratus Delapan
Puluh Dua Ribu Lima Ratus Rupiah) untuk dokter umum sedangkan dokter ahli/spesialis
diberikan Insentif perbulan sebesar Rp. 17.700.000,- (Tujuh Belas Juta Tujuh
Ratus Ribu Rupiah) berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Sula Nomor. SK.114
.KPTS.08/KS/2010. Upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah hingga saat
ini belum membuahkan hasil yang optimal, oleh karena banyak Puskesmas yang
tidak ada tenaga dokter. (profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula Tahun
2011)
Dari
data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula sarana dan prasarana
kesehatan yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Sula adalah sbb : 1 Unit Rumah
Sakit milik pemerintah daerah sebagai Rumah Sakit rujukan satu-satunya yang ada
di Kabupaten Kepulauan Sula, 14 unit puskesmas, 30 Pustu, dan 17 Polindes.
Dengan jumlah dokter spesialis 1 orang, dokter umum 17 orang dan dokter gigi
sebanyak 3 orang, angka ini belum mencapai standar nasional yaitu 40 per
100.000 penduduk, untuk dokter ahli, dokter umum maupun dokter gigi.
Berdasakan
hasil pengambilan data awal diperoleh informasi bahwa, pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012, tercatat 2 orang dokter umum PNS telah diberhentikan oleh
pemerintah daerah oleh karena tidak melaksanakan tugas sebagai PNS selama lebih
dari satu tahun. Dan di tahun 2012 terdapat 6 orang dokter umum PNS sedang
melanjutkan pendidikan dokter spesialis, satu orang diantaranya enggan untuk
kembali bertugas di Kabupaten Kepulauan Sula, sehingga jumlah tenaga dokter umum
PNS saat ini adalah sebanyak 8 orang yang tersebar di wilayah Kabupaten
Kepulauan Sula. Hal ini jelas terlihat bahwa 1 orang dokter umum PNS melayani 12.500
Jiwa, dengan demikian motivasi kerja sangat diperlukan agar seluruh dokter
dapat bekerja dengan seoptimal mungkin.
Sebagaimana kita ketahui bahwa
motivasi adalah alasan, dorongan yang ada di dalam diri manusia
yang menyebabkan manusia melakukan sesuatu atau berbuat sesuatu. Motivasi karyawan dapat dipengaruhi faktor minat, gaji
yang diterima, kebutuhan akan rasa aman, hubungan antar personal dan kesempatan
untuk bekerja.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih
jauh, dengan memilih
judul sebagai berikut
: “Analisis Motivasi Kerja Dokter
PNS di Kabupaten Kepulauan Sula Tahun 2012.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah yang
telah dikemukakan, maka dapat di
rumuskan masalah pokok yaitu
Rendahnya motivasi kerja dokter PNS di Kabupaten Kepulauan Sula
?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan
umum penelitian ini adalah untuk menganalisa motivasi kerja dokter PNS di
Kabupaten Kepulauan Sula.
2.
Tujuan Khusus
a.
Untuk
menganalisa motivasi kerja dokter PNS di Kabupaten Kepulauan Sula.
b.
Untuk
menganalisa lingkungan kerja dokter
PNS di Kabupaten Kepulauan Sula.
c.
Untuk
menganalisa hubungan
interpersonal dokter PNS di Kabupaten
Kepulauan Sula.
d.
Untuk
menganalisa bayaran/upah dokter PNS di Kabupaten Kepulauan Sula.
e.
Untuk
menganalisa pengaruh kebijakan
organisasi terhadap motivasi kerja
dokter PNS di Kabupaten Kepulauan Sula.
D. Manfaat
Penelitian
1.
Manfaat Institusi
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pembanding
sekaligus masukan untuk meningkatkan kinerja dokter.
2.
Manfaat Praktis
Sebagai
bahan referensi bagi peneliti selanjutnya
3.
Manfaat Ilmiah
Menambah khasanah
ilmu pengetahuan tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan motivasi kerja dokter PNS di Kabupaten Kepulauan Sula.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Tinjauan Umum Tentang Motivasi
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari
kata
“movere” dalam bahasa latin yang berarti “bergerak” atau “menggerakkan”.
sehingga motivasi dapat diartikan sebagai penggerak dari dalam hati
seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan.
Motivasi juga didefinisikan sebagai dorongan dari
dalam diri individu dimana ia berusaha dan berperilaku dengan cara tertentu
untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya, dorongan merupakan faktor yang
menguatkan atau mengarahkan usaha dan perilaku pegawai. Jika faktor pendorong
itu sangat kuat maka akan membentuk usaha yang keras untuk mencapainya.
Dorongan sebagai kata kunci motivasi dapat muncul sebagai akibat dari keinginan
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terpuaskan atau dorongan internal. Misalnya
berprestasi, sementara itu kebutuhan juga dapat muncul sebagai akibat interaksi
dengan lingkungannya atau kebutuhan yang muncul karena ada rangsangan dari luar
atau dorongan eksternal, misalnya dorongan untuk memiliki sesuatu seperti
dimiliki orang lain.
Dengan demikian faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi ada yang bersumber dari dalam diri individu pegawai, atau di kenal
dengan motivasi internal (motivasi intrinsik) yang mengatakan motivasi
seseorang bersumber dari dalam yang disebut kebutuhan, atau teori kebutuhan
(need theory). Motivasi Internal menurut Siagan (2004) seperti persepsi seseorang
mengenai diri sendiri, harga diri,
harapan pribadi, kebutuhan, keinginan, kepuasan kerja dan prestasi kerja
yang dicapai.
Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi selain
bersumber dari dalam diri individu juga dipengaruhi oleh faktor eksternal
(motivasi eksterinsik) yang mengatakan motivasi dipengaruhi oleh faktor-faktor
dari dalam indifidu dan ransangan eksternal teori ini dikenal dengan process
theory. Oleh karena itu dalam membahas tentang motivasi perlu dipahami tentang
kebutuhan yang ada tersebut.
2. Teori Motivasi
a.
Teori
Isi
Teori
isi tentang motivasi memusatkan perhatian pada : 1). kebutuhan, motif atau dorongan
yang mendorong, menekan, memacu dan menguatkan pegawai untuk melakukan kegiatan
dan 2). Hubungan-hubungan para
pegawai dengan faktor–faktor eksternal (insentif) yang mendorong dan
mempengaruhi mereka untuk melakukan suatu kegiatan. Teori ini menekankan pada
faktor-faktor internal individu, kebutuhan atau motif yang menyebabkan mereka
melakukan kegiatan, cara dan perilaku tertentu untuk memuaskan kebutuhan yang
dirasakan. Faktor-faktor eksternal seperti gaji, kondisi kerja, hubungan kerja,
dan kebijakan unit kerja, hubungan kerja, dan kebijakan unit kerja tentang
kenaikan pangkat, delegasi wewenang, dan sebagainya. Ada beberapa teori yang
akan di uraikan sebagai berikut :
1.
Hirarki Kebutuhan Maslow
Dalam
bukunya yang berjudul motivation and
personality (1954) maslow menggolongkan kebutuhan manusia itu pada lima
tingkat kebutuhan (five hierarchy of needs) adalah sebagai berikut :
a.
Kebutuhan
Fisiologis
(Physiological
Needs)
Kebutuhan ini berhubungan
dengan kebutuhan dasar / esensial yang harus dipenuhi oleh setiap manusia untuk
mempertahankan diri sebagai mahluk hidup. Manifestasi
kebutuhan ini terlihat dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Contoh bagi pegawai di tempat kerja adalah kebutuhan akan gaji, uang lembur, cuti, liburan dan jaminan sosial.
b.
Kebutuhan Keselamatan/Rasa Aman (Sefety need/ Security Needs)
Kebutuhan ini
muncul setelah kebutuhan pertama terpenuhi. Kebutuhan ini lebih
kepada rasa aman dan
proteksi dari ancaman atau gangguan dari luar. Contoh di tempat kerja
adalah jaminan hari tua, jaminan seseorang dalam kedudukannya, wewenangnya
dan
tanggung
jawabnya sebagai pegawai.
c.
Kebutuhan
berkelompok/Sosial (Social Needs,love need, blonging need, affection need)
Kebutuhan
sosial
ini sering juga disebut kebutuhan
untuk dicintai dan mencintai, persahabatan, kekeluar-gaan, perasaan
memiliki, kebutuhan
untuk menjadi bagian dari
kelompok tertentu.
Contoh di tempat kerja adalah kelompok kerja formal dan informal, kegiatan yang
diseponsori unit kerja, acara-acara peringatan.
d.
Kebutuhan
harga diri/penghormatan
(Esteem Needs/ egoistic need)
Kebutuhan
pada tingkat keempat adalah kebutuhan
untuk dihormati dan dihargai orang
lain sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, ingin berprestasi dan ingin
punya status. Maslow membagi kebutuhan ini dalam dua jenis : pertama penghargaan yang didasarkan atas
respek terhadap kemampuan, kemandirian, dan perwujudan kita sendiri. kedua penghargaan yang didasarkan atas
penilaian orang lain. Contoh di tempat kerja adalah kekuasaan/jabatan, promosi,
hadiah, status, simbol pengakuan dan penghargaan.
e.
Kebutuhan
aktualisasi diri (Self Actualization
Needs)
Kebutuhan
ini timbul pada diri seseorang jika kebutuhan - kebutuhan lainnya
terpenuhi, kerena kebutuhan ini sangat penting dalam perilaku manusia. Artinya
setiap orang tumbuh membangun pribadi dan mencapai hasil merupakan tingkat kebutuhan yang paling tinggi. Contoh
di tempat kerja adalah menyelesaikan tugas yang bersifat menentang, melakukan
pekerjaan kreatif, pengembangan keterampilan.
2. Teori ERG (Existence, Relatednees, Growth)
Clayton P.Alderfer
Teori
ini merupakan modifikasi dari teori hierarki kebutuhan Maslow. Dimaksudkan untuk
memperbaiki beberapa kelemahan teori Maslow. Dalam modifikasi ini, kelima
tingkat kebutuhan Maslow menjadi tiga macam kebutuhan saja, untuk setiap orang
perlu memenuhi tiga kebutuhan dengan sebaik-baiknya.
a.
Existence (keberadaan)
Existence
merupakan kebutuhan seseorang untuk dapat dipenuhi dan terpelihara
keberadaannya yang bersang-kutan sebagai seorang manusia ditengah-tengah
masyarakat atau perusahan. Existence ini meliputi kebutuhan psikologi (rasa
lapar, haus, tidur) dan kebutuhan rasa aman. Oleh karena itu kebutuhan ini amat
mendasar untuk dipenuhi dengan sebaik-baiknya, agar konsistensi pikiran dan
perhatian karyawan terpusat untuk melaksanakan pekerjaan.
b.
Relatednees (kekerabatan)
Kekerabatan
merupakan keterkaitan antara seseorang dengan lingkungan sosial sekitarnya.
Setiap orang dalam hidup dan pekerjaannya selalu berhubungan dengan orang lain.
Mereka akan terlibat dalam kegiatan saling menerima, pemberi pengertian dan
sebagainya yang merupakan proses kekerabatan. Kebutuhan ini seban-ding dengan kebutuhan
pristise dalam teori Maslow
c.
Growth (Pertumbuhan)
Kebutuhan
akan pertumbuhan dan perkembangan ini merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan
pengem-bangan potensi diri seseorang, seperti pertumbuhan kreatifitas dan
pribadi.
3.
Teori Dua Faktor (Frederick
Herzberg)
Frederick Herzberg (1966) menganalisis motivasi
manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori
motivasi dua faktor yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan kepuasan kerja
dan kebutuhan yang berkaitan dengan ketidak puasan kerja. Kedua faktor tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Kepuasan
Kerja (motivator)
Faktor
kepuasan kerja (motivator) meliputi
prestasi, penghargaan, tanggung jawab dan kemajuan atau promosi. Bila semuanya
ditanggapi secara positif pegawai cenderung merasa puas dan termotivasi. Sebaliknya
bila faktor-faktor tersebut tidak ada di tempat kerja maka pegawai akan
kekurangan motivasi, namun berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka.
b.
Faktor Ketidak Puasan Kerja
(Pemeliharaan/Hygiene)
Faktor ketidak
puasan kerja disebut pemeliharaan
(maintenance) atau kesehatan
(hygiene) meliputi supervisi, kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran/upah dan kebijakan
organisasi.
Faktor – faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan
alih-alih dengan pekerjaan itu sendiri. Bila faktor-faktor ini ditanggapi
secara positif, pegawai tidak mengalami kepuasan atau tampak termotivasi,
namun, bila faktor-faktor tersebut tidak ada pegawai akan merasa tidak puas
Herzberg memahami bahwa para pegawai menginginkan dan mengharapkan gaji
yang memadai, jaminan pekerjaan dan kehidupan pribadi, kondisi kerja yang baik,
status, dan kebijakan–kebijakan perusahan serta perilaku admisnistrasi yang
bertanggung jawab. Apabila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, mereka akan
mencari peluang pekerjaan ke tempat lain, kemangkirannya (absen) meningkat,
hubungan kerja memburuk, munculnya sikap-sikap yang menderita, dan seterusnya.
Sebaliknya, kebutuhan motivasi (motivator) dalam urutan yang lebih tinggi
meliputi kemajuan dan perkembangan, tanggung jawab, penghargaan, prestasi, dan
kenyamanan pekerjaan itu sendiri. Menurut Harzberg, untuk memotivasi seorang
pegawai, sebagai langkah awal, seorang manajer pertama-tama harus memenuhi,
atau sekurang- kurangnya memelihara kebutuhan dasar. Setelah hal itu terpenuhi,
kebutuhan motivasi menjadi prioritas.
Hubungan
pendekatan maslow, Alderfer dan Herzberg
|
|||||
|
|||||
|
|||||
Sumber : Alex Sobur (dalam psikologi umum:283)
4. Teori
Motivasi Prestasi David McClelland
Teori
kebutuhan yang dikemukan oleh David McClelland (1974), disebut teori motivasi prestasi.
Menurut teori ini, ada tiga komponen dasar yang digunakan untuk memotivasi orang
bekerja yaitu kebutuhan akan :
a.
Need for achievement (kebutuhan untuk
berperestasi)
Merupakan
kebutuhan untuk mencapai sukses, yang diukur berdasarkan kesempurnaan dalam
diri seseorang yang dikenal dengan teori prestasi atau dengan istilah n.Ach.
kebutuhan ini erat dengan pekerjaan, dan mengarahkan tingkahlaku pada usaha
untuk mencapai tujuan.
b.
Need for affiliation
Merupakan
kebutuhan akan kehangatan dan sokongan dalam hubungan dengan orang lain
c.
Need for power
Merupakan
kebutuhan untuk menguasai dan mempe-ngaruhi terhadap orang lain. Kebutuhan ini
menyebabkan orang yang bersangkutan tidak memperdulikan perasaan orang lain.
b.
Teori Proses
Teori proses
menjelaskan
proses melalui
dimana munculnya hasrat
seseorang
untuk menampilkan tingkah laku tertentu. Teori ini berkaitan dengan identifikasi
variabel dalam motivasi dan
bagaimana
variabel–variabel tersebut
saling
berkaitan. Beberapa teori proses
antara lain :
1.
Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori harapan di kembangkan oleh Lewin
dan diaplikasikan oleh Vroom dalam praktek motivasi. Teori ini mempunyai asumsi
: 1). Manusia biasanya meletakkan nilai kepada sesuatu yang diharapkan dari
karya nya. 2). suatu usaha untuk menjelaskan yang terdapat pada seseorang
selain harus mempertimbangkan hasil yang dicapai.
2.
Teori Keadilan (Equity Theory)
Teori keadilan sebagai pendekatan proses
terhadap motivasi yang diperkenalkan oleh J. Stacy Adam. Teori ini menekankan
bahwa setap orang mengharapkan hasil (outcome) yang diterima sesuai dengan
masukan (input) yang diberikan dan juga dengan apa yang diterima orang lain
baik di lingkungan unit kerjanya maupun di organisasi lain. Hasil ini merupakan
imbalan yang diterima oleh pegawai dari unit kerjanya seperti gaji, jabatan
penghargaan, sedangkan masukan merupakan kontribusi yang diberikan oleh
indifidu kepada unit kerjanya seperti pendidikan, pengalaman, latihan dan usaha
(Silalahi, 2002)
3.
Teori Pembentukan Perilaku
(reinforcement theory)
Teori pengukuhan didasarkan atas
hubungan sebab dan akibat perilaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya
promosi bergantung pada prestasi yang selalu dapat dipertahankan. Teori ini
juga di bagi dalam dua jenis yaitu pengukuhan
positif dan pengukuhan negatif
3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Motivasi
Motivasi sebagai proses psikologis dalam
diri seseorang akan di pengaruhi faktor internal dan faktor eksternal :
1.
Faktor Intern
Faktor Intern dapat mempengaruhi
motivasi dalam diri seseorang antara lain :
a.
Keinginan untuk dapat hidup
b.
Keinginan untuk dapat memiliki
c.
Keinginan untuk memperoleh penghargaan
d.
Keinginan untuk memperoleh pengakuan
e.
Keinginan untuk berkuasa
2.
Faktor Ekstern
a.
Kondisi lingkungan kerja
b.
Kompensasi yang memadai
c.
Supervisi yang baik
d.
Adanya jaminan pekerjaan
e.
Status dan tanggung jawab
f.
Peraturan yang fleksibel
B.
Tinjauan Umum Tentang Kerja
1.
Lingkungan Kerja
Edi Sutrisno dalam Juwarto Makamban (2010:12)
mendefi-nisikan lingkungan kerja sebagai keseluruhan sarana dan prasarana kerja
yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
Lingkungan kerja merupakan salah
satu faktor penting
dalam menciptakan kinerja
karyawan. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan di dalam
menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya
akan meningkatkan kinerja
oragnisasi. Suatu kondisi
lingkungan kerja dikatakan
baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan
secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena
itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan
organisasi. Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan
motivasi serta semangat
kerja dan akhirnya dapat menurunkan
kinerja karyawan.
Menurut Herzberg dalam Sedarmayanti (2009:235-236) ada
serangkaian kondisi ekstrinsik yang mempengaruhi motivasi karyawan yang jika
kondisi ini tidak baik atau tidak ada, dapat mengakibatkan karyawan merasa
tidak puas terhadap lingkunga kerja. Meraka mengeluh dan apabila kondisi ini
demikian memburuk akan berakibat mereka tidak tahan bekerja pada organisasi
tersebut. Faktor ini disebut faktor iklim, baik faktor higyene dan juga faktor
pemeliharaan. Faktor yang termasuk katagori faktor pemeliharaan meliputi :
1.
Kebijakan dan manajemen organisasi yang
dapat memberi kepuasan terhadap karyawan
2.
Supervisi yang memuaskan
3.
Kondisi kerja
4.
Hubungan antar pribadi
5.
Penghasilan yang mencukupi dan
6.
Status
2.
Kepuasan Kinerja
Istilah “Kepuasan”
merujuk pada sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Seseorang
dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukan sikap yang positif terhadap
kerja
Handoko (1992), mengemukakan kepuasan kerja adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi para karyawan
memandang karyawan mereka. Kepuasan kerja mencer-minkan perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap
pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja tidak
akan pernah mencapai kepuasan psikologis dan akhirnya akan timbul sikap atau
tingkah laku negatif dan pada gilirannya akan dapat menimbulkan frustasi.
Sebaliknya karyawan yang terpuaskan akan dapat berprestasi lebih baik, penuh
semangat, aktif dan dapat berprestasi lebih baik dari karyawan yang tidak
memperoleh kepuasan kerja.
Menurut Gilmer
(1996), faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1.
Kesempatan untuk maju.
2.
Keamanan kerja.
3.
Gaji.
4.
Perusahaan dan manajemen.
5.
Pengawasan
6.
Faktor instrinsik dari pekerjaan.
7.
Kondisi kerja.
8.
Aspek sosial dalam pekerjaan.
9.
Komonikasi.
10.
Fasilitas.
a.
Kepuasan
kerja dan prestasi
Kepuasan kerja tidak
selalu menjadi faktor motivasional kuat untuk berprestasi. Seorang karyawan
yang puas belum tentu terdorong untuk berprestasi karena “kepuasannya” tidak
teretak pada motivasinya, akan tetapi terletak pada faktor-faktor lain,
misalnya pada imbalan yang diperolehnya. Contohnya seorang dokter yang
ditempatkan di suatu daerah terpencil sangat mungkin ‘tidak puas’ dengan
kondisi kerjanya tetapi pada waktu yang bersamaan merasa ‘puas’ karena dapat
mengabdikan ilmu dan keterampilannya kepada masyarakat.
b.
Kepuasan
kerja dan kemangkiran
Dari pengalaman berbagai organisasi
terlihat bahwa terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat
kemangkiran. Artinya telah terbukti bahwa karyawan yang tinggi tingkat kepuasan
kerjanya akan rendah tingkat kemangkirannya. Sebaliknya karyawan yang rendah
tingkat kepuasannya akan cenderung tinggi tingkat kemangkirannya.
c.
Kepuasan
kerja dan keinginan pindah
Tidak dapat disangka bahwa salah satu
penyebab timbulnya keinginan pindah kerja adalah ketidak puasan pada tempat
kerja sekarang. Sebab-sebab ketidak puasan itu dapat beraneka ragam seperti
penghasilan yang rendah, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang
tidak serasi, baik dengan atasan maupun dengan para rekan sekerja.
C.
Tinjauan Umum Tentang Hubungan
Interpersonal
1.
Pengertian Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal mempunyai pengertian yang
luas dan sempit. Dalam pengertian yang luas, hubungan interpersonal adalah
interaksi seseorang dengan orang lain tetapi hanya dalam organisasi kerja,
hubungan interpersonal secara harfiah mencakup semua hubungan interaksi yang
terjadi antara dua orang atau lebih.
2. Teori Mengenai Hubungan Interpersonal
Ada
beberap teori yang menjelaskan mengenai hubungan
interpersonal, yaitu:
a.
Model Pertukaran Sosial
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu
transaksi dagang. Orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley,
dua orang pemuka dari teori ini menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut
: “Asumsi dasar yang mendasari
seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”.
Ganjaran dapat berupa uang
atau penerimaan sosial. Sedangkan
yang dimaksud dengan
biaya adalah akibat yang negatif yang terjadi dalam
suatu hubungan. Biaya itu dapat berupa waktu, usaha,
konflik, kecemasan, dan
keruntuhan harga diri dan kondisi-kondisi lain yang dapat menimbulkan efek- efek tidak menyenangkan.
b.
Model Peranan
Model
peranan menganggap hubungan interpersonal sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang harus memerankan peranannya
sesuai dengan naskah yang telah dibuat
oleh masyarakat. Hubungan interpersonal
berkembang baik bila setiap individu bertindak sesuai dengan
peranannya.
c.
Model Interaksional
Model ini memandang hubungan
interpersonal sebagai suatu sistem.
Setiap sistem memiliki sifat-sifat strukural, integratif
dan medan. Semua sistem terdiri dari subsistem-subsistem yang saling tergantung dan bertindak bersama
sebagai suatu kesatuan.
Selanjutnya, semua sistem mempunyai kecenderungan
untuk memelihara dan mempertahankan kesatuan. Bila ekuilibrium dari sistem terganggu, segera akan diambil tindakannya.
Setiap hubungan
interpersonal harus dilihat dari tujuan bersama,
metode komunikasi, ekspektasi dan pelaksanaan peranan.
3.
Tahap – Tahap Hubungan Interpersonal
Adapun tahap-tahap untuk menjalin hubungan interpersonal, yaitu:
a.
Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa
peneliti telah menemukan hal-hal
menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap
informasi dari reaksi kawannya.
b.
Peneguhan Hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah bersifat statis, tetapi selalu berubah.
Untuk memelihara dan memperteguh hubungan interpersonal, diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk mengembalikan
keseimbangan.
c.
Pemutusan
Hubungan
Menurut R.D. Nye dalam bukunya yang berjudul Conflict Among Humans, setidaknya
ada lima sumber konflik yang dapat menyebabkan
pemutusan hubungan, yaitu:
1.
Kompetisi, dimana salah satu pihak berusaha memperoleh sesuatu dengan mengorbankan orang lain. Misalnya, menunjukkan kelebihan dalam bidang tertentu dengan merendahkan orang lain.
2.
Dominasi, dimana salah satu pihak berusaha
mengendalikan pihak lain sehingga orang tersebut merasakan hak-haknya dilanggar.
3.
Kegagalan, dimana masing-masing
berusaha menyalahkan yang lain
apabila tujuan bersama tidak tercapai.
4.
Provokasi, dimana salah satu pihak terus-menerus berbuat sesuatu yang ia ketahui menyinggung perasaan yang lain.
5.
Perbedaan nilai, dimana kedua pihak tidak sepakat tentang nilai-nilai yang
mereka anut.
d.
Faktor - faktor
yang mempengaruhi hubungan interpersonal
Faktor - faktor yang mempengaruhi hubungan interper-sonal, yaitu:
1.
Komunikasi efektif
2.
Ekspresi
wajah
3.
Kepribadian
4.
Stereotyping
5.
Kesamaan karakter personal
6.
Daya tarik
7.
Ganjaran
8.
Kompetensi
D.
Tinjauan Umum Tentang Kompensasi
1.
Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah sebagian atau semua
pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang
diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”. Kompensasi berbentuk
uang, artinya gaji dibayar dengan sejumlah uang. Kompensasi berbentuk barang,
artinya gaji dibayar dengan barang. (Hasibuan 2010)
Kompensasi merupakan
istilah yang berkaitan dengan imbalan-imbalan finansial (financial reward) yang
diterima oleh orang-orang melalui hubungan kepegawaian mereka dengan sebuah
organisasi. Pada umumnya bentuk kompensasi berupa finansial karena pengeluaran
moneter yang dilakukan oleh organisasi. Kompensasi bisa langsung diberikan
kepada karyawan, ataupun tidak langsung, dimana karyawan menerima kompensasi
dalam bentuk non moneter. Beberapa terminologi dalam kompensasi :
1.
Upah/gaji. Upah (wages) biasanya
berhubungan dengan tarif gaji perjam (semakin lama kerjanya, semakin besar
bayarannya). Sedangkan gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif mingguan,
bulanan atau tahunan.
2.
Insentif, (incentive) merupakan tambahan gaji atau
diluar gaji, upah yang diberikan oleh organisasi.
3.
Tunjangan (Benefit). Contoh tunjangan seperti asuransi kesehatan,
asuransi jiwa, liburan-liburan yang ditanggung perusahaan, program
pensiun dan tunjangan-tunjangan lainnya.
4.
Fasilitas (Facility) adalah kenikmatan/fasilitas
seperti mobil perusahaan dan tempat parkir khusus.
2.
Komponen – Komponen Kompensasi
a.
Kompensasi
finansial, berupa
- Kompensasi finansial
secara langsung seperti : bayaran pokok
(gaji dan upah), bayaran prestasi, bayaran insentif (bonus, komisi, pembagian laba/keuntungan dan opsi saham)
- Kompensasi finansial tidak langsung
berupa : seperti asuransi
kesehatan, asuransi jiwa, pensiun, asuransi tenaga kerja, bayaran diluar jam
kerja (liburan, hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil) dan fasilitas-fasilitas seperti kendaran, ruang kantor dan tempat parkir.
b. Kompensasi non financial, berupa
- Pekerjaan
(tugas-tugas yang menarik, tantangan, tanggung jawab, pengakuan dan rasa
pencapaian).
- Lingkungan
kerja (kebijakan-kebijakan yang sehat, supervise yang kompoten, kerabat yang
menyenangkan, lingkungan kerja yang nyaman).
3.
Tujuan Pemberian Kompensasi
Menurut Notoatmodjo, tujuan dari kebijakan pemberian
kompensasi meliputi :
- Menghargai prestasi
karyawan
- Menjamin keadilan gaji karyawan
- Mempertahankan karyawan atau
mengurangi turnover karyawan
- Memperoleh karyawan yang bermutu
- Pengendalian biaya
- Memenuhi peraturan-peraturan.
4.
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja
Meskipun kompensasi bukan merupakan satu-satunya
faktor yang mempengaruhi kinerja, akan tetapi diakui bahwa kompensasi merupakan
salah satu faktor penentu yang dapat mendorong kinerja karyawan.
Kompensasi yang diberikan kepada pegawai sangat
berpengaruh pada tingkat kompensasi dan motivasi kerja serta kinerja pegawai.
Perusahaan yang menentukan tingkat upah dengan mempertimbangkan standar
kehidupan normal, akan memungkinkan pegawai bekerja dengan penuh motivasi. Hal
ini karena motivasi kerja pegawai banyak dipengaruhi oleh terpenuhi tidaknya
kebutuhan minimal kehidupan pegawai dan keluarganya. Pegawai yang memiliki
motivasi tinggi dalam bekerja, biasanya akan memiliki kinerja yang tinggi pula.
Imbalan atau kompensasi akan memotivasi prestasi,
mengurangi perputaran tenaga kerja, mengurangi kemangkiran dan menarik pencari
kerja yang berkualitas ke dalam organisasi. Oleh karenanya imbalan dapat
dipakai sebagai dorongan atau motivasi pada suatu tingkat perilaku dan
prestasi, dan dorongan pemilihan organisasi sebagai tempat bekerja.
E.
Tinjauan Umum Tentang Kebijakan
Organisasi
1.
Pengertian Kebijakan
Kebijakan
adalah
usaha
mencapai
tujuan
tertentu
dengan sasaran tertentu dan
dalam urutan tertentu. Sedangkan kebijakan pemerintah mempunyai pengertian
baku yaitu suatu
keputusan yang
dibuat
secara sistematik oleh
pemerintah
dengan maksud
dan tujuan tertentu
yang menyangkut
kepentingan umum. Werf (1997)
Sesuai dengan sistem administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2 (dua) yaitu :
a.
Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai kekuatan
mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri.
b.
Kebijakan
eksternal
(publik),
suatu kebijakan yang
mengikat masyarakat umum. Sehingga dengan demikian kebijakan harus tertulis.
Pengertian
kebijakan pemerintah sama dengan
kebijaksanaan
berbagai
bentuk seperti misalnya jika dilakukan oleh Pemerintah Pusat berupa Peraturan
Pemerintah
(PP),
Keputusan
Menteri (Kepmen) dan lain-lain.
Sedangkan
jika kebijakan pemerintah tersebut dibuat oleh Pemerintah Daerah akan melahirkan Surat Keputusan (SK), Peraturan Daerah (Perda) dan lain-lain.
Dalam
penyusunan kebijaksanaan/kebijakan mengacu pada hal-hal berikut :
- Berpedoman pada kebijaksanaan yang lebih tinggi.
- Konsistensi dengan kebijaksanaan lain yang berlaku.
- Berorientasi ke masa depan.
- Berpedoman kepada kepentingan umum
- Jelas dan tepat serta transparan.
- Dirumuskan secara tertulis.
Sedangkan
kebijakan
atau kebijaksanaan
pemerintah mempunyai
beberapa tingkatan yaitu :
a.
Kebijakan Nasional
Yaitu
kebijakan Negara yang
bersifat fundamental
dan
strategis
untuk mencapai tujuan nasional/negara sesuai dengan amanat UUD 1945. Bentuk kebijaksanaan nasional yang dituangkan dalam peraturan perundang- undangan dapat berupa :
- UUD 1945
- Ketetapan MPR
- Undang-Undang
- Peraturan
Pemerintah Pengganti
Undang-undang (Perpu) dibuat oleh
Presiden dalam hal kepentingan memaksa setelah mendapat persetujuan
DPR.
b.
Kebijaksanaan Umum
Kebijaksanaan
yang dilakukan oleh Presiden
yang bersifat
nasional dan menyeluruh berupa penggarisan ketentuan - ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka
pelaksanaan tugas umum pemerintahan
dan pembangunan
sebagai
pelaksanaan UUD 1945, Ketetapan MPR maupun Undang – undang guna mencapai tujuan nasional.
Penetapan kebijaksanaan umum merupakan sepenuhnya kewenangan
presiden,
sedangkan
bentuk
kebijaksanaan umum tersebut adalah tertulis berupa peraturan perundang – undangan, seperti halnya Peraturan Pemerintah
(PP), Keputusan Presiden (Kepres) serta Instruksi Presiden (Inpres).
c.
Strategi Kebijakan
Merupakan salah
satu
kebijakan pelaksanaan
yang secara
hirarki dibuat setingkat Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota berupa Surat Keputusan yang
mengatur tatalaksana kerja dan segala
sesuatu yang
berhubungan dengan
Sumber Daya Manusia.
2.
Organisasi
Organisasi sebagai
suatu aktivitas
atau sebagai
suatu proses yang
menentukan
hubungan
antara
orang, pekerjaan
dan
sumber-sumber. Istilah organisasi sering juga dipakai di bidang bisnis dan pemerintah misalnya teori organisasi dan bagan atau struktur
organisasi.
Tujuan organisasi, pada
dasarnya
adalah
memberikan tugas yang
terpisah
dan
berbeda kepada masing-masing orang dan menjamin
tugas-tugas tersebut terkoordinir menurut suatu cara yang dapat mencapai tujuan organisasi. Organisasi itu sendiri
bukanlah suatu
tujuan
tetapi merupakan
alat
untuk mencapai tujuan.
Gibson,
(1994) mendefinisikan organisasi
sebagai “Kesatuan
yang memungkinkan
masyarakat mencapai
suatu tujuan
yang tidak dapat
dicapai
individu secara
perorangan”.
Dari
defenisi
di atas, secara
umum
dapat disimpulkan
bahwa unsur-unsur dari organisasi
adalah :
- Adanya kelompok atau himpunan orang-orang
- Adanya maksud untuk kerja sama.
- Adanya tujuan yang hendak dicapai.
Beberapa hal yang menonjol dari pengertian organisasi
di atas adalah sebagai berikut :
- Organisasi dalam arti badan
adalah
kelompok orang yang
berkerja
sama
untuk mencapai
tujuan tertentu.
- Organisasi
dalam
arti bagan
adalah
gambaran - gambaran
secara skematis
tentang hubungan kerja sama orang - orang yang terdapat dalam suatu badan dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.
Kemudian unsur-unsur organisasi menurut Nawawi (2005) adalah sebagai berikut :
- Manusia yang terdiri dari dua orang atau lebih.
- Filsafat yang merupakan dasar organisasi dan norma-norma prilaku.
- Proses merupakan rangkaian kegiatan bersama atau kerja sama.
- Tujuan merupakan sesuatu yang
hendak dicapai baik material / finansial maupun non material/non finansial.
F.
Pelayanan Kedokteran
Secara umum yang dimaksud dengan pelayanan kedokteran (medical services) adalah bagian dari
pelayanan kesehatan (health services)
yang tujuan utamanya adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasaran utamanya adalah perseorangan dan ataupun keluarga.
Pada saat ini pembagian tentang macam pelayanan
kedokteran banyak ditemukan. Beberapa diantaranya yang terpenting adalah :
1.
Ditinjau dari
jumlah pengelola
Untuk ini pelayanan
kedokteran dapat dibedakan atas dua macam yakni :
a.
Diselenggarakan
oleh satu orang
Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan oleh
satu orang (solo practice)
b.
Diselenggarakan
oleh kelompok
Bentuk pelayanan kedokteran yang diselenggarakan
berkelompok (group practice)
2.
Ditinjau dari
cara pelayanan yang diselenggarakan adalah sebagai
berikut:
a.
Pelayanan rawat
jalan
b.
Pelayanan rawat
jalan dan rawat inap
3.
Ditinjau dari
macam pelayanan yang diselenggarakan
adalah sebagai berikut :
a.
Menyediakan satu
macam pelayanan kedokteran saja
b.
Menyediakan lebih
dari satu macam pelayanan kedokteran
4.
Ditinjau dari
penggunaan kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran adalah sebagai berikut :
a.
Pelayanan
kedokteran tradisional
b.
Pelayanan
kedokteran moderen
5.
Ditinjau dari
tingkat pendidikan dan keahlian tenaga pelaksana adalah sebagai berikut :
a.
Pelayanan
kedokteran yang dilaksanakan oleh tenaga yang tidak mendapatkan pendidikan ilmu
kedokteran moderen seperti, praktek dukun, tabib atau sinse
b.
Pelayanan
kedokteran yang dilaksanakan oleh tenaga paramedik seperti, bidan dan perawat
c.
Pelayanan
kedokteran yang dilaksanakan oleh dokter umum
d.
Pelayanan
kedokteran yang dilaksanakan oleh dokter spesialis atau sub spesialis.
6.
Ditinjau dari
peranannya dalam penyembuhan penderita adalah sebagai berikut :
1.
Berhubungan
langsung dengan penyembuhan penyakit
2.
Tidak berhubungan
langsung dengan penyembuhan penyakit
BAB
III
KERANGKA
KONSEP
A.
Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat
disusun kerangka teori motivasi kerja dokter PNS seperti
yang disajikan pada gambar berikut ini :
|
|
||||||
|
||||||
= Variabel yang tidak diteliti
|
Sumber : Frederick Hezberg, dalam Alex
Sobur 2003.
B.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dibuat berdasarkan tinjauan
pustaka dan disesuaikan dengan latar belakang masalah. Pada penelitian ini
beberapa faktor antara lain kondisi kerja, hubungan
interpersonal, bayaran/upah dan kebijakan organisasi dipilih peneliti sebagai variabel penelitian seperti
disajikan dalam gambar berikut ini :
|
|||||
|
|||||
|
|
C.
Definisi
Operasional Variabel-Variabel
1.
Motivasi kerja adalah dorongan dari dalam
dan luar diri dokter PNS dimana ia berusaha
dan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Seperti kebutuhan akan gaji, uang lembur, jaminan sosial, prestasi dan
penghargaan.
2.
Kondisi Kerja
Kondisi Kerja adalah keadaan lingkungan
kerja baik fisik maupun non fisik dokter PNS dalam melakukan suatu pekerjaan.
Kondisi kerja berupa fasilitas sarana dan prasarana, kenyamanan, keamanan dan
kesalamatan kerja.
3.
Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal adalah hubungan
antara sesama dokter PNS, atasan dan bawahan dilingkungan kerjanya atau di
lingkungan sekitarnya.
4.
Bayaran/Upah
Bayaran/Upah adalah suatu penerimaan
atau imbalan berupa uang atau jasa yang berbentuk sama, dari pemberi kerja
kepada dokter PNS untuk suatu pekerjaan/jasa yang telah akan dilakukan
berfungsi sebagai jaminan kelansungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan
produksi Bayaran / Upah bisa berupa Gaji, Insentif dan Kompensasi
5.
Kebijakan Organisasi
Kebijakan Organisasi adalah penetapan rencana program atau aturan-aturan baik formal maupun informal, yang dibuat oleh pimpinan dalam rangka pelaksanaan program di unit
kerja. Contoh nya Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Daerah, Keputusan Gubernur,
Keputusan Bupati/Wali Kota dan Keputusan Kepala Instansi.
BAB
IV
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif, yang dimaksud untuk mendapatkan informasi tentang motivasi kerja dokter PNS dari segi (kondisi kerja, hubungan interpersonal, bayaran/upah dan
kebijakan organisasi) di Kabupaten Kepulauan Sula.
B.
Lokasi dan Waktu
Penelitian
a.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah “Kabupaten
Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Oleh karna kurangnya tenaga dokter PNS
yang bertugas di daerah tersebut.
b.
Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan Penelitian ini pada Bulan Desember 2012 sampai dengan
bulan Februari Tahun 2013
C.
Informan Penelitian
Informan dalam
penelitian ini adalah dokter PNS yang bertugas di Wilayah Kabupaten Kepulauan Sula. Selain informan, dalam penelitian ini diambil subjek
lain sebagai informan
kunci.
Informan kunci yaitu Kepala Dinas Kesehatan. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dengan kriteria : 1.
Dokter PNS 2. Berada di lokasi saat dilakukan penelitian.
D.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1.
Data primer adalah data yang diperoleh
melalui hasil penelitian secara langsung terhadap obyek yang diteliti, hal ini
dilakukan melalui wawancara dan observasi.
2.
Data skunder adalah data yang diperoleh
melalui sumber dokumen atau laporan - laporan tertulis lainnya
E.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang di pakai pada saat penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Tape Recorder/perekam suara, digunakan sebagai alat bantu untuk merekam pada saat wawancara.
b.
Pena dan Stabilo, pena untuk menulis catatan dan Stabilo untuk menandai bagian-bagian catatan yang penting.
c.
Buku catatan untuk menulis hasil observasi dan wawancara
yang tidak ingin direkam oleh informan.
d.
Kamera foto dan kamera vidio, sebagai alat bantu untuk mendokmentasi kegiatan wawancara. Penggunaannya hanya dalam situasi
tertentu, apabila diyakini tidak akan mengubah perilaku informan.
e.
Kartu
Memori, Kaset,
flash disk, dan leptop, sebagai media tempat penyimpanan data.
F.
Jalannya Penelitian
Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
1.
Tahapan persiapan
a.
Pada
tahap ini peneliti mengajukan judul penelitian
b.
Mengajukan surat izin pengambilan data
awal pada bagian Akademik
c.
Penyusunan proposal sampai dengan seminar proposal.
d.
Mengajukan Surat Izin penelitian pada
bagian Akademik yang ditujukan kepada Gubernur Maluku Utara. Cq. Badan
Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Maluku Utara, selanjutnya
Banglitbangda mengeluarkan Surat Izin Penelitian yang di tujukan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula sebagai lokasi penelitian
2.
Tahapan pelaksanaan
a.
Menghubungi Informan untuk menyepakati
jadwal wawancara
b.
Melakukan proses pengambilan data
(wawancara mendalam, observasi dan studi dokumentasi
3.
Tahap pengolahan dan analisis data, atau
pengolahan data dan menganalisis hasil penelitian
4.
Tahap penulisan hasil penelitian sampai
dengan seminar Hasil Penelitian.
G.
Pengolahan dan
Analisis Data
Teknik
pengelolaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengolahan data
secara manual dengan teknik analisis data kualitatif yaitu mengelompokkan
hasil wawancara dan pengamatan lapangan sesuai dengan tujuan penelitian dan
dilakukan analisis isi (content analysis) selanjutnya data disajikan dalam
bentuk narasi.
H.
Kredibilitas Data
Untuk menjamin kredibilitas data, maka
dilakukan triangulasi. Triangulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber
dan waktu. Triangulasi yang dilakukan yaitu dengan cara triangulasi teknik dan
triangulasi sumber dari hasil penelitian yang diperoleh. Triangulasi teknik
yaitu mengecek data dengan sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda,
sedangkan triangulasi sumber yaitu dengan cara menanyakan yang sama melalui sumber
yang berbeda.
Tabel
1. Matriks Metode pengumpulan data
Ket
: .
WM
=
Wawancara Mendalam
PM
=
Pengamatan
SD = Studi
Dokumentasi
Langganan:
Postingan (Atom)