I.
PENGERTIAN
HIV
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV dalam bahasa Indonesia = Virus imunodifisiensi manusia) merupakan
retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia sehingga
tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus
ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Orang
yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan, HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.
HIV
berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia, virus yang
mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya. Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus
awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di
Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.
II.
VIRUS
HIV
HIV memiliki
diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena
bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus
berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di
dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.
Bagian
internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom
adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal
RNA. Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.
HIV adalah retrovirus
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel
T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+
secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem
kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten
klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS.
III.
PENYEBAB
HIV
Berbagai penyebab HIV dapat ditularkan mealalui darah yang
terinfeksi, air mani atau cairan vagina yang memasuki tubuh. Seseorang tidak
dapat terinfeksi melalui kontak biasa seperti memeluk, mencium atau berjabat
tangan dengan seseorang yang menderita HIV. HIV tidak dapat ditularkan melalui
air, udara atau melalui gigitan serangga. Secara umum penyebab HIV
tertular melalui :
1.
Seks Bebas. Anda dapat menjadi terinfeksi jika melakukan
hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi yang
darah, air mani atau cairan vagina memasuki tubuh Anda.
2.
Transfusi darah. Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui
transfusi darah.
3.
Berbagi jarum. Virus HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik
terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Anda pada risiko tinggi HIV dan
penyakit menular lainnya seperti hepatitis.
4.
Dari ibu ke anak. ibu yang terinfeksi dapat
menginfeksi bayi selama kehamilan atau persalinan, atau melalui menyusui.
IV.
TANDA
DAN GEJALA
Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak
ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang
mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas
tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat
terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi
akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah
terjadinya infeksi.
Orang yang tertular HIV, akan tampak sehat seperti orang lain yang tidak
tertular. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat
dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Penderita HIV
tidak dapat dikenali
hanya dengan melihatnya
secara langsung. Untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau
tidak, hanya tes darah untuk HIV yang mampu membuktikannya. Tetapi, walaupun
tampak sehat, mereka
yang tertular HIV
dapat menularkannya kepada orang lain. Virus penyebab AIDS ini, hidup
dalam : darah, cairan vagina, cairan mani, air susu ibu yang tertular HIV, dan
cairan infeksi penderitanya.
V.
PROSES
PENULARAN HIV
HIV dapat menular melalui perpindahan cairan tubuh dari
orang yang tertular HIV, yaitu:
1.
dari ibu hamil ke janin melalui ari-ari, melalui darah dan cairan saat melahirkan
bayinya,
2.
melalui cairan ASI ketika menyusui bayi,
3.
melalui hubungan seks dengan orang yang
tertular HIV:
- Genital
(kelamin dengan kelamin),
- Oral
(mulut dengan kelamin),
- Anal
(dubur dengan kelamin).
- HIV
atau bibit penyakit lain akan mudah memasuki tubuh jika ada uka atau lecet pada
alat kelamin. Karena itu, sangat besar risikonya melakukan hubungan seks tanpa
kondom. Risiko itu akan semakin besar
lagi jika sering
berganti-ganti pasangan.
4.
Jarum yang tercemar, Luka akibat tertusuk
potongan jarum injeksi, Dari ibu ke anak
Pada saat bersalin Air susu ibu, Donor organ
VI. SEJARAH
H HIV
Tahun 1982: Para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai
Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang
dihubungkan dengan kaum gay. Tahun 1983:
Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus
itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
Pada tahun
1983, Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinoussi dari Perancis berhasil
mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati. Pada
awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus) Bersama dengan Luc Montagnier, mereka
membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS. Pada awal tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga
meneliti tentang virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti
lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan
pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut adalah
HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1
Tanggal, 15 April 1987: Kasus AIDS di Indonesia pertama kali
ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop,
meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan
AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di
antara mereka mengidap AIDS. Tahun 1987-Desember
2001: Dari 671 pengidap AIDS, 280 orang diantaranya meninggal dunia.
Penemuan kasus baru HIV semakin banyak
di Indonesia, cenderungmengalami peningkatan. walau di tahun-tahun sebelum nya
kasus baru banyak ditemukan di kalangan penguna narkoba suntik. Pada tahun
terakhir terjadi pergeseran ke transmisi seksual. berikut data terbaru HIV dan
AIDS yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. silahkan buka link berikut. Statistik kasus AIDS di Indonesia sd Maret
2011 Berikut adalah laporan situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia
sampai dengan 31 Maret 2011, yang diterima dari Ditjen PP & PL, berdasarkan
surat Direktur Jenderal P2PL, Prof. dr. Tjandra Y Aditama, SpP(K), DTM&H
tertanggal 26 April 2011:
I. Situasi
Perkembangan HIV&AIDS pada tahun 2011
1. Triwulan
1 (Januari – Maret 2011)
a. Dari
Januari sampai dengan Maret 2011 jumlah kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah
351 kasus dari 27 kabupaten/Kota di 12 provinsi.
b. Ratio
kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2
c. Cara
penularan kasus AIDS baru yang dilaporkan melalui Heteroseksual (66,95%), (IDU
23,08%), Perinatal (5,70%) dan LSL (3,42%).
d. Proporsi
kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%),
disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun
(17,09%).
e. Jumlah
total kasus baru HIV positif pada layanan VCT di triwulan 1 tahun 2011 adalah
4.552,
II. Situasi
Perkembangan HIV&AIDS kumulatif
1. Laporan
Kasus AIDS sampai dengan Maret 2011
a. Pada
tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebesar 2.639 kasus, pada tahun
2006 sebesar 2.873 kasus, pada tahun 2007 sebesar 2.947 kasus, tahun 2008
sebesar 4.969 kasus, pada tahun 2009 sebesar 3.863 kasus dan pada tahun 2010
sebesar 4.158 kasus.
b. Sampai
dengan Maret 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah
24.482 kasus. Sebanyak 300 kabupaten/kota yang melapor dan sebanyak 32 provinsi
yang melapor.
c. Ratio
kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1
d. Cara
penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual (53,1%),
IDU (37,9%), dan Lelaki Seks Lelaki (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah
(0,2%) dan tidak diketahui (3,2%).
e. Proporsi
kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun
(47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49
tahun (9,5%).
f. Kasus
AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua,
Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan DIY.
g. Rate
kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan Maret 2011 adalah 10,62 per 100,000
penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700
jiwa). http://hermanvarella.wordpress.com/2011/05/04/data-hiv-dan-aids-terbaru-di-indonesia/
Penularan HIV/AIDS di Makassar mengalami peningkatan tiap tahun. Jumlahnya
sudah mencapai 2.711 kasus. Penularan HIV/AIDS terbesar melalui narkoba
suntik sekitar 67 persen dan penyebaran ini sangat rentan di kalangan pengguna
narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza). Resiko terbesarnya terutama
jika jarum suntik digunakan bergantian oleh pengguna. Jumlah ini
mengalami meningkat lebih 300 kasus sejak Juni 2010 lalu. Wakil Walikota
Makassar (Drs.Supomo Guntur., M.Si) mengimbau warga supaya tidak perlu malu
untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat supaya penyakitnya bisa
terdeteksi dan mendapat perawatan. Kesadaran memeriksakan kesehatan juga
merupakan rangkaian untuk menghindari penularan. Untuk mengatasi
penularan ini, kita sangat berharap kesadaran penderita untuk memeriksakan diri
ke klinik VCT (Voluntary Clinic Test) yang telah disiapkan di beberapa rumah
sakit. Adapun rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang
menyediakan layanan VCT, seperti RSU Regional Wahidin, RSU Labuang Baji, RS
Polri Bhayangkara, RS Dadi, Puskemas Ujungpandang Baru dan Puskesmas
Kassi-kassi.
http://dinkessulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=blogcatego
y&id=29&Itemid=41
VII. EPIDEMOLOGI
Para ahli epidemiologi Indonesia dalam
kajiannya tentang kecenderungan epidemi HIV dan AIDS memproyeksikan bila
tidak ada peningkatan upaya penanggulangan yang bermakna, maka pada tahun 2010 jumlah kasus AIDS menjadi
400.000 orang dengan kematian 100.000
orang dan pada tahun
2015 menjadi 1.000.000 orang
dengan kematian 350.000 orang. Penularan dari sub-populasi berperilaku berisiko
kepada isteri atau pasangannya
akan terus berlanjut Diperkirakan pada akhir tahun 2015
akan terjadi penularan HIV secara kumulatif
pada lebih dari 38,500
anak yang dilahirkan dari ibu yang sudah terinfeksi
HIV. Kecenderungan ini disebabkan meningkatnya jumlah
sub-populasi berperilaku
berisiko terutama penasun
dan karena masih
adanya stigma dan diskriminasi terhadap
ODHA. Resistensi terhadap
obat anti retroviral (ARV) lini pertama mungkin akan berperan, bilamana
surveilans ARV belum berjalan baik dan penyediaan ARV lini kedua belum mencukupi.
VIII. PENCEGAHAN
Obat–obatan
Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup
memper- panjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang
baik pengaturannya permu- laan dari pengobatan ARV biasanya secara medis
direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah
200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau
lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral
yang san-gat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
Nucleoside
Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan
protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA
menjadi viral DNA (con- tohnya AZT, ddl, ddC & 3TC). Non–nucleoside Reverse
Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIV dengan
bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim
tersebut san- gat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam
sel–sel. Obat–obatan NNRTI ter- masuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta),
efavirenza (Sustiva). Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease
HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel
tuan rumah dan dilepaskan
FHI — Family Health
International
Tidak ada komentar:
Posting Komentar