Sabtu, 03 Maret 2012

Resume Filsafat dan Logika


A.    Keterkaitan Filsafat dan Logika

Filsafat dalam bahasa Inggris disebut philosophy. Adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran.
Filsafat dalam bahasa Arab disebut falsafah yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Sedangkan, manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual.
Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Filsafat kemudian dibagi menjadi dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma (akhlak); (2) urusan rumah tangga; (3) sosial dan politik.
Filsafat juga dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yakni filsafat sistematis dan sejarah filsafat. Filsafat sistematis bertujuan dalam pembentukan dan pemberian landasan pemikiran. Didalamnya meliputi logika, metodologi, epistemologi, filsafat ilmu, etika, estetika metafisika, teologi (filsafat ketuhanan),  filsafat manusia, dan kelompok filsafat khusus seperti filsafat sejarah, hukum, komunikasi dan lain-lain. Sedangkan, sejarah filsafat adalah bagian yang berusaha meninjau pemikiran filsafat sepanjang masa. Sejak zaman kuno hingga zaman modern, bagian ini meliputi sejarah filsafat yunani (barat), india, cina dan sejarah filsafat islam.
Adapun cabang-cabang filsafat yang utama sebagai berikut.
·         Logika adalah cabang filsafat yang menyelildiki lurus tidaknya sebuah pemikiran.
·         Epistemologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.
·         Etika adalah cabang filsafat yang membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik buruk.
·         Estetika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan.
·         Metafisika adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang yang ada atau membicarakan sesuatu dibalik yang tampak. Persoalan metafisis dibedakan menjadi tiga yaitu ontologi, kosmologi dan antropologi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa filsafat merupakan upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian, filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu.
Adapun logika berasal dari bahasa latin yakni logos yang berarti perkataan atau sabda. Dalam bahasa arab di sebut mantiq. Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan, ilmu logika adalah ilmu yang membahas atauran-aturan umum tentang kebenaran berpikir. Karena itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak boleh lebih besar daripada satu. Logis dalam bahasa sehari-hari kita sebut masuk akal.
Logika dapat di sistemisasi dalam beberapa golongan:
1.   menurut kualitas, logika dibagi menjadi logika naturalis (kecakapan berlogika berdasarkan kemampuan akal bawaan manusia) dan logika artifisialis (logika ilmiah) yang bertugas membantu logika naturalis dalam menunjukkan jalan pemikiran agar lebih mudah dicerna, lebih teliti, dan lebih efisien;
2.   menurut metode, logika dibagi menjadi logika tradisional, yakni logika yang mengikuti aristotelian dan logika modern;
3.   menurut objek, logika dibagi menjadi logika formal (deduktif dan induktif) dan logika material.
Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran. Penalaran dapat dikatakan sebagai suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan  yang berupa pengetahuan, dimana penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Dalam ilmu filsafat, sebuah disiplin ilmu dapat dinyatakan sebagai pengetahuan jika memenuhi kriteria dimensi utama filsafat, yakni ontologi, epistemology dan aksiologi. Ontologi merupakan hakikat yang ada (being, sein) yang merupakan asumsi dasar bagi apa yang disebut sebagai kenyataan dan kebenaran. Epistemologi adalah sarana, sumber, tatacara untuk menggunakannya dengan langkah-langkah progresinya menuju pengetahuan (ilmiah). Sedangkan, aksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normatif dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.


B.     Keterkaitan Ilmu Logika dan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Ada dua cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar. Pertama, mendasarkan diri dengan rasio (logika). Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum rasionalis mengembangkan rasionalisme, dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang diangapnya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukan ciptaan pikiran manusia. Prinsip itu sudah ada, jauh sebelum manusia memikirkannya (idealisme). Sedangkan, kaum empiris menyatakan sebaliknya, bahwa pengalaman diperoleh dari pengalaman yang konkret, bukan hasil pemikiran yang abstrak 
Beberapa teori yang digunakan untuk menyatakan kebenaran sebagai berikut.
·         Teori koherensi, dimana suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.
·         Teori korespondensi, dimana suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan itu. Contoh : penyataan “Ibu kota Republik Indonesia adalah Jakarta” adalah benar karena bersifat faktual, sementara pernyataan : Ibu kota Republik Indonesia adalah Bandung” adalah salah karena tidak bersifat faktual.
·         Teori phragmatis, dimana kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan itu bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Dalam teori ini, suatu pernyataan di masa lalu benar, bisa saja menjadi salah pada saat ini.
Sedangkan, untuk menemukan kebenaran ilmiah, disamping logika harus disertai dengan :
·         penggunaan bahasa yang jelas, mudah ditafsirkan hingga tidak salah persepsi;
·         penggunaan metode ilmiah, seperti yang terdapat dalam pengembangan ilmu pengetahuan;
·         penggunaan analisis dan statistik hingga menemukan kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan dan bukan kebenaran karena perasaan atau perkiraan.
Dengan adanya filsafat yang menjadi landasan dan cara berpikir logis yang digunakan untuk menemukan kebenaran ilmiah tersebut, maka dapat dihasilkan sebuah ilmu pengetahuan. Salah satunya adalah yang dikenal dengan ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan masyarakat merupakan pengetahuan ilmiah yang juga cabang dari filsafat teoritis.
Ilmu kesehatan masyarakat adalah upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah sanitasi yang mengganggu kesehatan. Dengan kata lain, kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan adalah merupakan kegiatan kesehatan masyarakat. Pada awal abad ke-19, kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik dan diartikan sebagai suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu kedokteran. Sedangkan ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara ilmu biologi dan ilmu sosial.
Dalam perkembangan selanjutnya, kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi dan kegiatan terpadu antara sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam mencegah penyakit yang melanda penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks, akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek kesehatan masyarakat yang telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat batasan kesehatan masyarakat yang sampai sekarang masih relevan. Kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk :
·         perbaikan sanitasi lingkungan;
·         pemberantasan penyakit-penyakit menular;
·         pendidikan untuk kebersihan perorangan;
·         pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan;
·         pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Dari batasan tersebut tersirat bahwa kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori (ilmu) dan praktek (seni) yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan penduduk (masyarakat). Ketiga tujuan tersebut sudah barang tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, Winslow mengusulkan cara atau pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya-upaya pengorganisasian masyarakat.
Pengorganisasian masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan kesehatan masyarakat pada hakekatnya adalah menghimpun potensi masyarakat atau sumber daya (resources) yang ada didalam masyarakat itu sendiri untuk upaya-upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif kesehatan mereka sendiri.


C.    Kesimpulan

Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Filsafat menjadi sebuah proses berpikir kritis, yang meliputi usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti prinsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak.
Untuk dapat diterima, maka informasi tersebut harus memiliki nilai-nilai kebenaran. Suatu informasi yang telah sesuai dengan teori kebenaran tersebut barulah dapat dikatakan sebagai sebuah pengetahuan. Salah satunya adalah ilmu kesehatan masyarakat yang merupakan perpaduan antara teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup dan meningkatkan kesehatan masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Ginting, Paham dan Situmorang, Syafrizal H. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Medan : USU Press.
Kartanegara, Mulyadi. 2006. Gerbang Kearifan : Sebuah Pengantar Filsafat Islam. Jakarta : Lentera Hati.
----------. 2005. Integrasi Ilmu : Sebuah Rekonstriksi Holistik. Bandung : Arasy Mizan.
Mundiri. 2006. Logika. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Suparlan, Suhartono. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Ar-Ruzz Media.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.




























 
















Resume HIV


I.       PENGERTIAN HIV

Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV dalam bahasa Indonesia = Virus imunodifisiensi manusia) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi (kekurangan) sistem imun. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan, HIV adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penyakit AIDS.
HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia, virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.   Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun  1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia  terinfeksi.

II.      VIRUS HIV
HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical) hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks.
Bagian internal dari HIV terdiri dari dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA. Sedangkan, kapsid adalah protein yang membungkus dan melindungi genom.



HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS.

III.    PENYEBAB HIV

Berbagai penyebab HIV dapat ditularkan mealalui darah yang terinfeksi, air mani atau cairan vagina yang memasuki tubuh. Seseorang tidak dapat terinfeksi melalui kontak biasa seperti memeluk, mencium atau berjabat tangan dengan seseorang yang menderita HIV. HIV tidak dapat ditularkan melalui air, udara atau melalui gigitan serangga. Secara umum penyebab HIV tertular melalui :
1.            Seks Bebas. Anda dapat menjadi terinfeksi jika melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral dengan pasangan yang terinfeksi yang darah, air mani atau cairan vagina memasuki tubuh Anda.
2.            Transfusi darah. Dalam beberapa kasus, virus dapat ditularkan melalui transfusi darah.
3.            Berbagi jarum. Virus HIV dapat ditularkan melalui jarum suntik terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Anda pada risiko tinggi HIV dan penyakit menular lainnya seperti hepatitis.
4.            Dari ibu ke anak. ibu yang terinfeksi dapat menginfeksi bayi selama kehamilan atau persalinan, atau melalui menyusui.


IV.   TANDA DAN GEJALA

Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak menyadarinya karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal. Beberapa orang mengalami gangguan kelenjar yang menimbulkan efek seperti deman (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembengkakan pada limpa), yang dapat terjadi pada saat seroconversion. Seroconversion adalah pembentukan antibodi akibat HIV yang biasanya terjadi antara enam minggu dan tiga bulan setelah terjadinya infeksi.

Orang yang tertular HIV, akan tampak sehat seperti orang lain yang tidak tertular. Sebelum HIV berubah menjadi AIDS, penderitanya akan tampak sehat dalam waktu kira-kira 5 sampai 10 tahun. Penderita   HIV   tidak   dapat   dikenali   hanya   dengan   melihatnya   secara langsung. Untuk mengetahui apakah seseorang tertular HIV atau tidak, hanya tes darah untuk HIV yang mampu membuktikannya. Tetapi,  walaupun    tampak   sehat,  mereka    yang  tertular  HIV  dapat menularkannya kepada orang lain. Virus penyebab AIDS ini, hidup dalam : darah, cairan vagina, cairan mani, air susu ibu yang tertular HIV, dan cairan infeksi penderitanya.



V.     PROSES PENULARAN HIV

HIV dapat menular melalui perpindahan cairan tubuh dari orang yang tertular HIV, yaitu:
1.            dari ibu hamil ke janin melalui ari-ari,  melalui darah dan cairan saat melahirkan bayinya,
2.            melalui cairan ASI ketika menyusui bayi,
3.            melalui hubungan seks dengan orang yang tertular HIV:
-      Genital (kelamin dengan kelamin),
-      Oral (mulut dengan kelamin),
-      Anal (dubur dengan kelamin).
-      HIV atau bibit penyakit lain akan mudah memasuki tubuh jika ada uka atau lecet pada alat kelamin. Karena itu, sangat besar risikonya melakukan hubungan seks tanpa kondom. Risiko   itu   akan semakin   besar   lagi   jika   sering   berganti-ganti pasangan.

4.            Jarum yang tercemar, Luka akibat tertusuk potongan jarum injeksi, Dari ibu ke anak  Pada saat bersalin Air susu ibu, Donor organ


VI.   SEJARAH H HIV
Tahun 1982: Para ilmuwan menemukan sindrom yang dikenal sebagai Gay Related Immune Deficiency (GRID), yakni penurunan kekebalan tubuh yang dihubungkan dengan kaum gay. Tahun 1983: Dokter di Institut Pasteur Prancis memisahkan virus baru penyebab AIDS. Virus itu terkait dengan limfadenopati (Lymphadenopathy-Associated Virus-LAV).
Pada tahun 1983, Jean Claude Chermann dan Françoise Barré-Sinoussi dari Perancis berhasil mengisolasi HIV untuk pertama kalinya dari seorang penderita sindrom limfadenopati. Pada awalnya, virus itu disebut ALV (lymphadenopathy-associated virus)  Bersama dengan Luc Montagnier, mereka membuktikan bahwa virus tersebut merupakan penyebab AIDS. Pada awal tahun 1984, Robert Gallo dari Amerika Serikat juga meneliti tentang virus penyebab AIDS yang disebut HTLV-III. Setelah diteliti lebih lanjut, terbukti bahwa ALV dan HTLV-III merupakan virus yang sama dan pada tahun 1986, istilah yang digunakan untuk menyebut virus tersebut adalah HIV, atau lebih spesifik lagi disebut HIV-1
Tanggal, 15 April 1987: Kasus AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan. Seorang wisatawan berusia 44 tahun asal Belanda, Edward Hop, meninggal di Rumah Sakit Sanglah, Bali. Kematian lelaki asing itu disebabkan AIDS. Hingga akhir 1987, ada enam orang yang didiagnosis HIV positif, dua di antara mereka mengidap AIDS. Tahun 1987-Desember 2001: Dari 671 pengidap AIDS, 280 orang diantaranya meninggal dunia.
Penemuan kasus baru HIV semakin banyak di Indonesia, cenderungmengalami peningkatan. walau di tahun-tahun sebelum nya kasus baru banyak ditemukan di kalangan penguna narkoba suntik. Pada tahun terakhir terjadi pergeseran ke transmisi seksual. berikut data terbaru HIV dan AIDS yang dikeluarkan pemerintah Indonesia. silahkan buka link berikut.  Statistik kasus AIDS di Indonesia sd Maret 2011 Berikut adalah laporan situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan 31 Maret 2011, yang diterima dari Ditjen PP & PL, berdasarkan surat Direktur Jenderal P2PL, Prof. dr. Tjandra Y Aditama, SpP(K), DTM&H tertanggal 26 April 2011:

I.     Situasi Perkembangan HIV&AIDS pada tahun 2011
1.      Triwulan 1 (Januari – Maret 2011)
a.      Dari Januari sampai dengan Maret 2011 jumlah kasus AIDS baru yang dilaporkan adalah 351 kasus dari 27 kabupaten/Kota di 12 provinsi.
b.      Ratio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:2
c.       Cara penularan kasus AIDS baru yang dilaporkan melalui Heteroseksual (66,95%), (IDU 23,08%), Perinatal (5,70%) dan LSL (3,42%).
d.      Proporsi kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 30-39 tahun (33,62%), disusul kelompok umur 20-29 tahun (33,05%) dan kelompok umur 40-49 tahun (17,09%).
e.      Jumlah total kasus baru HIV positif pada layanan VCT di triwulan 1 tahun 2011 adalah 4.552,
II.    Situasi Perkembangan HIV&AIDS kumulatif
1.      Laporan Kasus AIDS sampai dengan Maret 2011
a.      Pada tahun 2005 jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebesar 2.639 kasus, pada tahun 2006 sebesar 2.873 kasus, pada tahun 2007 sebesar 2.947 kasus, tahun 2008 sebesar 4.969 kasus, pada tahun 2009 sebesar 3.863 kasus dan pada tahun 2010 sebesar 4.158 kasus.
b.      Sampai dengan Maret 2011 secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 24.482 kasus. Sebanyak 300 kabupaten/kota yang melapor dan sebanyak 32 provinsi yang melapor.
c.       Ratio kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 3:1
d.      Cara penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui Heteroseksual (53,1%), IDU (37,9%), dan Lelaki Seks Lelaki (3,0%), perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%).
e.      Proporsi kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), disusul kelompok umur 30-39 tahun (31,3%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,5%).
f.       Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan DIY.
g.      Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan Maret 2011 adalah 10,62 per 100,000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). http://hermanvarella.wordpress.com/2011/05/04/data-hiv-dan-aids-terbaru-di-indonesia/

Penularan HIV/AIDS di Makassar mengalami peningkatan tiap tahun. Jumlahnya sudah mencapai 2.711 kasus.  Penularan HIV/AIDS terbesar melalui narkoba suntik sekitar 67 persen dan penyebaran ini sangat rentan di kalangan pengguna narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza). Resiko terbesarnya terutama jika jarum suntik digunakan bergantian oleh pengguna.  Jumlah ini mengalami meningkat lebih 300 kasus sejak Juni 2010 lalu.  Wakil Walikota Makassar (Drs.Supomo Guntur., M.Si) mengimbau warga supaya tidak perlu malu untuk memeriksakan diri ke puskesmas terdekat supaya penyakitnya bisa terdeteksi dan mendapat perawatan.  Kesadaran memeriksakan kesehatan juga merupakan rangkaian untuk menghindari penularan.  Untuk mengatasi penularan ini, kita sangat berharap kesadaran penderita untuk memeriksakan diri ke klinik VCT (Voluntary Clinic Test) yang telah disiapkan di beberapa rumah sakit. Adapun rumah sakit dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang menyediakan layanan VCT, seperti RSU Regional Wahidin, RSU Labuang Baji, RS Polri Bhayangkara, RS Dadi, Puskemas Ujungpandang Baru dan Puskesmas Kassi-kassi.
http://dinkessulsel.go.id/new/index.php?option=com_content&task=blogcatego y&id=29&Itemid=41









VII.  EPIDEMOLOGI

 Para ahli epidemiologi Indonesia dalam kajiannya  tentang kecenderungan   epidemi HIV dan AIDS memproyeksikan bila tidak ada peningkatan upaya penanggulangan yang bermakna, maka pada  tahun 2010 jumlah kasus AIDS   menjadi    400.000    orang   dengan kematian   100.000   orang  dan   pada tahun   2015   menjadi 1.000.000 orang dengan kematian 350.000 orang. Penularan dari sub-populasi berperilaku berisiko kepada isteri  atau  pasangannya  akan   terus  berlanjut Diperkirakan pada akhir tahun 2015 akan terjadi penularan HIV   secara   kumulatif   pada   lebih dari   38,500   anak   yang   dilahirkan dari ibu yang sudah terinfeksi HIV. Kecenderungan ini   disebabkan   meningkatnya   jumlah   sub-populasi berperilaku   berisiko   terutama   penasun   dan   karena   masih   adanya stigma   dan   diskriminasi   terhadap   ODHA.   Resistensi   terhadap   obat anti retroviral (ARV) lini pertama mungkin akan berperan, bilamana surveilans ARV belum berjalan baik dan penyediaan ARV lini kedua  belum mencukupi.


VIII. PENCEGAHAN
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memper- panjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permu- laan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang san-gat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (con- tohnya AZT, ddl, ddC & 3TC). Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut san- gat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI ter- masuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva). Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan


FHI — Family Health International

Pembangunan Ekonomi Kesehatan


BAB I
                                                     PENDAHULUAN                               

A.     LATAR BELAKANG

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Robert W. Fogel mengatakan bahwa antara sepertiga dari pertumbuhan ekonomi Inggris dalam 200 tahun terakhir dipengaruhi oleh peningkatan konsumsi makanan populasinya. Eksistensi dampak dari kesehatan pada pertumbuhan ekonomi dengan besaran yang mirip juga telah diverifikasi dalam periode waktu dan negara yang berbeda,

Pembangunan ekonomi sangan erat dengan masalah kesehatan karena pembangunan ekonomi tidak akan berjalan dengan lancar bila manusianya tidak sehat dan sakit-sakitan. Undang-undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam istilah instrumental, kesehatan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam sejumlah cara. Sebagai contoh, kesehatan akan mereduksi kerugian produksi karena penyakit pada pekerja, dan meningkatkan produktivitas orang dewasa sebagai hasil dari perbaikan nutrisi, juga mengurangi tingkat ketidakhadiran dan meningkatkan kemampuan belajar pada sekolah anak-anak. Kesehatan juga memungkinkan penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat digunakan keseluruhan atau sebagian jika sakit. Kemudian juga, memungkinkan penggunaan alokasi anggaran keuangan kesehatan untuk hal lain jika tidak terjadi kesakitan. Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang.




B.    PERMASALAHAN


Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pada makalah ini adalah:

1.      Pengertian  pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan.?
2.      Tinjauan Masalah kesehatan dari segi ekonomi kesehatan.?
3.      Dampak  pembangunan ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat ?
4.      Arah dan strategi pembangunan kesehatan ?



C.    TUJUAN PENULISAN

Tujuan penilisan makalah ini adalah :

1.      Sebagai salah satu persyaratan fainal Mata Kuliah Ekonomi Kesehatan pada Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Unifersitas Hasanuddin Makassar.
2.      Mengetahui Pengertian pembangunan ekonomi dan pembangunan kesehatan
3.      Mengetahui dampak  pembangunan ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat
4.      Mengetahui Arah dan strategi pembangunan kesehatan












BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengertian Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah proses pengembangan keseluruhan sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional, adapaun tujuan nasional Indonesia tercantum dalam UUD 1945 alinea ke empat, yakni: ”Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Pembangunan nasional adalah usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. 

Sejak pertengahan tahun 1997 Indonesia dilanda krisis moneter dan berkembang menjadi krisis ekonomi serta berbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada multi kehidupan salah satunya adalah kesehatan. Dampak dari krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut, penyebabnya adalah karena terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dollar. Tidak kurang sekitar 49,5 juta jiwa atau sekitar 24,2 % dari jumlah seluruh penduduk Indonesia pada saat ini hidup di bawah garis kemiskinan.

Berikut ini disampaikan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi tersebut terhadap derajat kesehatan masyarakat dan kinerja pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia serta kemungkinan penyesuaian kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan datang. Uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap derajat kesehatan masyarakat lebih diutamakan pada status gizi serta perilaku kesehatan masyarakat. Sedangkan uraian tentang pengaruh krisis moneter atau krisis ekonomi terhadap kinerja pelayanan kesehatan masyarakat lebih dititik beratkan pada kinerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), Bidan di Desa  serta terhadap kinerja Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).


B.    Kesehatan ditinjau dari ilmu ekonomi kesehatan

Masalah kesehatan dapat ditinjau dari segi ilmu ekonomi kesehatan. Karena sumber daya jumlahnya terbatas, sedangkan manusia mempunyai bermacam-macam keperluan maka terjadi persaingan untuk memperoleh sumber daya yang dapat dialokasikan untuk keperluan kesehatan. Masalah pengalokasian sumber daya ke dalam maupun di dalam bidang kesehatan inilah yang dipelajari ekonomi kesehatan.

Oscar Gish (1977:8) dalam Conyers (1991:64) mengatakan bahwa persoalan penerapan kriteria ekonomi dan keuangan pada sektor kesehatan benar-benar sukar karena hakekat pelayanan yang perlu disediakan, yaitu menyangkut masalah hidup atau mati manusia. Konsekuensinya, setiap usaha untuk memotong pembiayaan kesehatan akan menghadapi tantangan yang tidak kecil dari banyak pihak. Pemerintah bertanggung jawab dalam merencanakan,mengatur, menyelenggarakan, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan akan dilakukan pemerintah secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan melalui pencegahan penyakit (preventive), peningkatan kesehatan (promotive), pengobatan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). Pemerintah juga memberikan hak yang sama kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan dan kebebasan untuk menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan.

Pelayanan kesehatan sebagai alat penyembuhan (curative) penekanannya pada perawatan manusia yang sedang sakit dengan tujuan untuk menghindarkannya dari kematian dan mengurangi penderitaannya. Penekanan semacam ini telah direfleksikan dalam bentuk fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada, yang secara fundamental merupakan tempat di mana orang memerlukan perawatan serta terlihat juga dari cara latihan bagi tenaga-tenaga perawat kesehatan dan sikap masyarakat pada umumnya. Penekanan ini juga terlihat dari besarnya pengeluaran pemerintah bagi pelayanan kesehatan. (Conyers, 1991:65-66)

Pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan akibat dari dampak globalisasi ternyata tidak dapat diterapkan secara optimal pada negara berkembang dan menyebabkan negara tersebut menderita akibat jeratan hutang luar negeri yang membesar. Pertumbuhan ekonomi justru tidak mampu mewujudkan kesejahteraan sosial. Oleh karenanya diperlukan revisi agenda pembangunan, yakni pembangunan sosial yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan.

Dalam bahasa Inggris kata ”Health” mempunyai dua pengertian dalam bahasa Indonesia, yaitu ”sehat” atau ”kesehatan”. Sehat menjelaskan kondisi keadaan dari subyek, misalnya anak sehat, orang sehat, ibu sehat dan sebagainya. Sedangkan kesehatan menjelaskan tentang sifat dari subyek, misalkan kesehatan manusia, kesehatan masyarakat, kesehatan individu dan sebagainya. Sehat dalam pengertian kondisi mempunyai batasan yang berbeda-beda. Secara awam sehat diartikan keadaan seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat



Masalah kesehatan penduduk meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Orang usia lanjut biasanya menderita penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Mereka mempunyai angka morbiditas tertinggi sehingga tuntutan akan pelayanan kesehatan meningkat pula. Mereka semakin sulit mandiri dan semakin tergantung pada orang lain. Berbagai gangguan kesehatan tidak teratasi karena faktor sosial, seperti ketidaktahuan dan faktor ekonomi. Faktor sosial yang terkait dengan usia lanjut ialah ageism, suatu sistem diskriminasi yang mengandung stereotip yang menggambarkan orang usia lanjut sebagai orang yang sakit, miskin dan kesepian. Faktor sosial yang diduga merupakan penyebab utama masalah kematian ialah kemiskinan yang gawat, dan kelangkaan akses ke pelayanan kesehatan dasar.

Conyers (1991:64) mengatakan bahwa bidang kesehatan memiliki masalah yang dapat menaikkan pembiayaan pelayanan kesehatan baik dengan latar belakang sosial maupun ekonomi. Sudut pandang sosial, suatu kenaikan biaya di bidang kesehatan seharusnya bisa membantu meringankan penderitaan manusia karena penyakit dan dalam beberapa hal dapat juga menyelamatkan nyawa; sedangkan sudut pandang ekonomi, masih memperdebatkan bahwa kemajuan kesehatan akan menaikkan produktifitas tenaga kerja.

Margaret Stacey (1977) dalam Santoso (2010) mengidentifikasi tiga dimensi konsep kesehatan yaitu 1) Kesehatan yang bertumpu pada konsep kesehatan individu atau kesehatan masyarakat; 2) Konsep kesehatan yang bertumpu pada kebugaran atau kesejahteraan; 3) Kesehatan yang bertumpu pada konsep promotif dan preventif.

Ketiga konsep tersebut dikembangkan di Indonesia, hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan bahwa Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat perlu didukung oleh tersedianya berbagai macam fasilitas kesehatan yang memadai, seperti sarana fasilitas kesehatan yang representatif, dan murah yang aksesnya mudah dicapai sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat yang sehat tentunya akan dapat melakukan aktifitas dengan kondisi yang prima sehingga produktifitasnya pun dapat terjaga.

Peningkatan biaya yang besar bagi intervensi kesehatan esensial akan menyebabkan penurunan secara bermakna beban penyakit di negara-negara berkembang. Perkiraan terbaik dari pengaruh pelayanan kesehatan adalah menurunnya angka kematian total di negara-negara berkembang akibat penyakit infeksi menular dan kesehatan ibu yang rendah sekitar 8 juta per tahun pada tahun 2015, yang hal ini berasosiasi dengan penurunan sekitar 330 juta DALYs. Perkiraan penurunan angka kematian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Angka Kematian Dibawah Usia 60 Tahun, Dibandingkan Ada Tidaknya Intervensi, Tahun 1998–2020


1998
2010
2020
Tahun Dasar
Tanpa Intervensi
Dengan Intervensi
Tanpa Intervensi
Dengan Intervensi
Grup 1
13,956,996
13,255,530
5,155,625
12,671,000
4,593,479
Infeksi dan kurang gizi
9,073,059
8,903,935
2,849,259
8,763,000
2,804,160
Gangguan Kesehatan Ibu
491,185
360,720
203,645
252,000
87,400
Infeksi Saluran Nafas
2,101,802
2,175,873
718,038
2,080,000
686,400
Gangguan
Kesehatan Perinatal
2,101,802
1,815,001
1,384,682
1,576,000
1,015,519
     Sumber: WHO-SEAR, 2002


Jika terjadi peningkatan status kesehatan yaitu meningkatnya angka harapan hidup di negara-negara berpendapatan rendah sebesar 0.5 tahun selama 19 tahun, katakanlah dari 59 tahun menjadi 68 tahun, maka pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dapat mencapai sekitar 0.5% per tahun.


C.    Pengaruh Pembangunan Ekonomi terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat


Laporan Komisi, menganalisis berbagai hubungan keterkaitan antara kesehatan dengan pembangunan ekonomi yang dapat diterangkan  melalui berbagai mekanisme dan dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Berikut ini akan diuraikan pembahasan terhadap enam fokus area, yaitu pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih  intervensi untuk kesehatan yang lebih baik,  keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

1.      Kesehatan dan Pembangunan.

Pada tingkat mikro yaitu pada tingkat individual dan keluarga, kesehatan adalah dasar bagi produktivitas kerja dan kapasitas untuk belajar di sekolah. Tenaga kerja yang sehat secara fisik dan mental akan lebih enerjik dan kuat, lebih produktif, dan mendapatkan penghasilan yang tinggi. Keadaan ini terutama terjadi di negara-negara sedang berkembang, dimana proporsi terbesar dari angkatan  kerja masih bekerja secara manual. Di Indonesia sebagai contoh, tenaga kerja laki-laki yang menderita anemia menyebabkan 20% kurang produktif jika dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang tidak menderita anemia. Selanjutnya, anak yang sehat mempunyai kemampuan  belajar lebih baik dan akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih terdidik. Dalam keluarga yang sehat, pendidikan anak cenderung untuk tidak terputus jika dibandingkan dengan keluarga yang tidak sehat.


Pada tingkat makro, penduduk dengan tingkat kesehatan yang baik merupakan masukan (input) penting untuk menurunkan kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi jangka panjang. Beberapa pengalaman sejarah besar membuktikan berhasilnya tinggal landas ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi yang cepat didukung oleh terobosan penting di bidang kesehatan masyarakat, pemberantasan penyakit dan peningkatan gizi. Hal ini antara lain terjadi di Inggris selama revolusi industri, Jepang dan Amerika Selatan pada awal abad ke-20,  dan  pembangunan di Eropa Selatan dan Asia Timur pada permulaan tahun 1950-an dan tahun 1960-an.

Informasi yang paling mengagumkan adalah penelusuran sejarah yang dilakukan oleh Prof. Robert Fogel, yang menyatakan bahwa peningkatan ketersediaan jumlah kalori untuk bekerja, selama 200 tahun yang lalu mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita seperti terjadi di Perancis dan Inggris. Melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja dan pemberian kalori yang cukup, Fogel memperkirakan bahwa perbaikan gizi memberikan kontribusi sebanyak 30% terhadap pertumbuhan pendapatan per kapita di Inggris.

Bukti-bukti makroekonomi menjelaskan bahwa negara-negara dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang rendah, mengahadapi tantangan yang lebih berat untuk mencapai pertumbuhan  berkelanjutan jika dibandingkan dengan negara yang lebih baik keadaan kesehatan dan pendidikannya. Pada Tabel  dibawah ini ditunjukkan tingkat pertumbuhan dari beberapa negara sedang berkembang pada periode 1965-1994. Pengelompokan negara-negara tersebut didasarkan atas tingkat pendapatan dan angka kematian bayi (sebagai proksi dari seluruh keadaan penyakit pada tahun 1965). Tabel tersebut menjelaskan di negara-negara dengan tingkat angka kematian bayi yang rendah menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada periode tertentu.


Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Per Kapita, 1965-1994 ( Didasarkan atas Pendapatan dan Angka Kematian Bayi, 1965)

Angka Kematian
Bayi (AKB),1965
AKB
< 50
AKB
50-100
AKB
100-150 
AKB  > 150
Tahun Dasar Pendapatan, 1965
GDP < US$ 750
GDP US$ 750-1500
GDP US$ 1500-3000
GDP US$ 3000-6000
GDP > US$ 6000

-
-
5.9
2.8
1.9

3.7
3.4
1.8
1.7
-0.5

1.0
1.1
1.1
0.3
-

0.1
-0.7
2.5
-
-

Sumber: WHO-SEAR, 2002

Terdapat korelasi yang kuat antara tingkat kesehatan yang baik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara statistik diperkirakan bahwa setiap peningkatan 10% dari angka harapan hidup (AHH) waktu lahir akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi minimal 0.3–0.4% pertahun, jika faktor-faktor pertumbuhan lainnya tetap. Dengan demikian,  perbedaan tingkat pertumbuhan tahunan antara negara-negara maju yang mempunyai AHH tinggi (77 tahun) dengan negara-negara sedang berkembang dengan AHH rendah (49 tahun) adalah sekitar 1.6%, dan pengaruh ini akan  terakumulasi terus menerus.

Peningkatan kesejahteraan ekonomi sebagai akibat dari bertambah panjangnya usia sangatlah penting. Dalam membandingkan tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat, sangatlah penting untuk melihat angka harapan hidup, seperti halnya dengan tingkat pendapatan tahunan. Di negara-negara yang tingkat kesehatannya lebih baik, setiap individu memiliki rata-rata hidup lebih lama, dengan demikian secara ekonomis mempunyai peluang untuk untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Keluarga yang usia harapan hidupnya lebih panjang, cenderung untuk menginvestasikan pendapatannya di bidang pendidikan dan menabung. Dengan demikian, tabungan nasional dan investasi akan meningkat, dan pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Peranan kesehatan diantara berbagai faktor pertumbuhan ekonomi dapat digambarkan dalam Diagram 1 dibawah ini. Dalam diagram tersebut dapat dilihat, pembangunan ekonomi disatu fihak, merupakan fungsi dari kebijakan dan institusi (kebijakan ekonomi, pemerintahan yang baik, dan penyediaan pelayanan publik), dan faktor masukan (sumber daya manusia, teknologi, dan modal perusahaan) dilain fihak. Kesehatan mempunyai peranan ekonomi yang sangat kuat terhadap sumber daya manusia dan modal perusahaan melalui berbagai mekanisme seperti digambarkan.  
           
Diagram  Kesehatan Sebagai Masukan Untuk Pembangunan Ekonomi


 
                        Kebijakan ekonomi
                        Pemerintahan yang baik
                        Penyediaan pelayanan publik


 
                        Sumberdaya manusia, termasuk:                            
                        Pendidikan, pelatihan, perkembangan                   
                        Fisik dan kognitif                                                   
                                                                                        
Kesehatan

Pertumbuhan ekonomi:
Pertumbuhan GNP perkapita,
Penurunan kemiskinan

 
                        Teknologi, termasuk:
                        Pengetahuan ilmiah yang relevan
untuk menghasilkan inovasi dalam
difusi ekonomi dalam negeri dengan
menggunakan teknologi  dari luar


 
                        Modal perusahaan, termasuk:
                        Investasi yang pasti dalam peralatan,
                        organisasi dan kerjasama karyawan,
                        peluang investasi untuk menarik
                        modal
                       
Kesehatan yang buruk akan memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini antara lain terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan. Beban berat yang diakibatkan oleh penyakit dan pengaruh gandanya terhadap produktivitas, kependudukan, dan pendidikan mempunyai peranan dalam kinerja ekonomi yang buruk dan kronis di negara-negara Afrika. Studi terbaru yang dilakukan oleh Bloom dan Sachs, menemukan bahwa lebih dari setengahnya dari keterbelakangan pertumbuhan di negara-negara Afrika jika dibandingkan dengan dengan negara-negara di Asia Timur, secara statistik dapat diterangkan oleh beban berat akibat penyakit, kependudukan, dan geografis jika dibandingkan dengan variabel-variabel tradisional dari ekonomimakro dan politik pemerintahan. Sebagai contoh, tingginya angka prevalensi penyakit malaria menunjukkan hubungan yang erat dengan penurunan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen atau lebih setiap tahunnya.

 

2.       Kesehatan dan Kemiskinan


            Berbagai indikator kesehatan di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah jika dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi, memperlihatkan bahwa angka kesakitan dan kematian secara kuat berkorelasi terbalik dengan pendapatan, seperti terlihat dalam Tabel 2 dibawah ini. Studi lain dilakukan oleh Bank Dunia yang membagi keadaan kesehatan antara kelompok penduduk berpenghasilan tinggi dan rendah pada negara-negara tertentu. Sebagai contoh, tingkat kematian anak pada quantil termiskin di Bolivia dan Turki diperkirakan  empat kali lebih besar dibandingkan dengan tingkat kematian pada quantil terkaya. Dengan demikian kebijakan yang diarahkan untuk menanggulangi penyakit malaria dan kekurangan gizi secara langsung merupakan implementasi dari kebijakan mengurangi kemiskinan.


           
Komitmen global untuk meningkatkan status kesehatan secara jelas dicantumkan dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). Tujuan pembangunan milenium tersebut antara lain: (1) menurunkan angka kematian anak sebesar  dua pertiganya pada tahun 2015 dari keadaan tahun 1990; (2) menurunkan angka kematian ibu melahirkan sebesar tiga perempatnya pada tahun 2015 dari keadaan 1990; dan (3) menahan peningkatan prevalensi penyakit HIV/AIDS dan penyakit utama lainnya pada tahun 2015. Tujuan pembangunan milenium difokuskan terhadap pengurangan kemiskinan pada umumnya dan beberapa tujuan kesehatan pada khususnya, sehingga terdapat keterkaitan antara upaya keseluruhan penurunan kemiskinan dengan investasi di bidang kesehatan.
           
Tabel Angka Harapan Hidup Dan Tingkat Kematian, Menurut Tingkat Kemajuan Pembangunan Negara (1995-2000)

Tingkat Pembangunan Negara
Penduduk
(1999)
Juta
Rata-rata Pendapatan Tahunan (US$)
Angka Harapan Hidup (Tahun)
Angka Kematian Bayi (Per-1000)
Angka Kematian Anak Balita (Per-1000)
Sangat Terbelakang
643
296
51
100
159
Pendapatan Rendah
1777
538
59
80
120
Pendapatan Menengah-Bawah
2094
1200
70
35
39
Pendapatan Menengah-Atas
573
4900
71
26
35
Pendapatan Tinggi
891
25730
78
6
6
Sub-Sahara Afrika
642
500
51
92
151

Sumber: Human Development Report 2001, Table 8, and CMH Calculation using World Development Indicators of the World Bank


Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah: Pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena terdapatnya kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan penyakit.

Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga  merupakan bencana jika untuk biaya penyembuhannya mengharuskan menjual aset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh kedalam kemiskinan, dan jika tidak bisa keluar dari hal ini akan mengganggu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Serangan penyakit yang tidak fatal dalam kehidupan awal akan mempunyai pengaruh yang merugikan selama siklus hidup berikutnya. Pendidikan secara luas dikenal sebagai kunci dari pembangunan, tetapi masih belum dihargai betapa pentingnya kesehatan anak dalam pencapaian hasil pendidikan. Kesehatan yang buruk secara langsung menurunkan potensi kognitif dan secara tidak langsung mengurangi kemampuan sekolah. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunnya pendapatan, menurunnya angka harapan hidup, dan menurunya kesejahteraan psikologis.

3.      Memilih  Intervensi Untuk Kesehatan Yang Lebih Baik


            Di berbagai negara khususnya di negara-negara yang sedang berkembang, ketersediaan sumber daya untuk mengatasi masalah kesehatan sangat terbatas, oleh karena itu pemilihan alternatif intervensi kesehatan yang cost-effective menjadi penting. Pada tahun 1978, melalui Deklarasi Alma Ata tujuan kesehatan bagi semua telah disetujui oleh seluruh negara anggota


Organisasi Kesehatan Sedunia (World Health Organization-WHO). Beberapa kesepakatan dalam deklarasi tersebut adalah komitmen negara-negara anggota terhadap keadilan kesehatan, lebih memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan (promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative), meningkatkan kerjasama lintas sektoral, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

            Sampai saat ini beberapa komitmen tersebut belum dapat diwujudkan. Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah lebih banyak mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan kesehatan pengobatan. Hal ini menyebabkan terjadinya inefisiensi alokasi, penggunaan teknologi yang tidak tepat, dan inefisiensi teknis. Hanya sedikit negara yang sukses mencapai kesehatan yang adil dan berhasil menjalin  kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat dengan baik.

4.      Menilai Status Kesehatan Penduduk

           
Status kesehatan penduduk biasanya dinilai dengan menggunakan berbagai indikator yang secara garis besar dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama, berisikan indikator yang menghitung jumlah kematian yang terjadi selama periode tertentu. Contohnya adalah  angka kematian kasar (Crude Death Rate-CDR) dan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate-IMR). Kelompok penduduk yang mempunyai angka CDR dan IMR yang rendah dikatakan mempunyai status kesehatan yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang angka CDR dan IMR nya tinggi.

Kelompok kedua, berisikan berbagai indikator yang memperlihatkan jumlah orang yang menderita kecacatan akibat penyakit tertentu. Contohnya adalah jumlah penderita AIDS, Tuberkulosis (TB), Polio, dan sakit mental.


Sama dengan kelompok pertama, kelompok penduduk yang mempunyai jumlah penderita AIDS atau TB lebih sedikit dikatakan lebih sehat jika dibandingkan dengan kelompok penduduk yang jumlah penderita penyakit tersebut lebih banyak.
           
Kedua kelompok indikator tersebut sayangnya tidak menjelaskan kepada kita kapan kematian atau kecacatan terjadi, bagaimana tingkat parahnya penyakit, dan berapa lama mereka menderita. Masyarakat pempunyai nilai atau persepsi yang berbeda tentang hal-hal tersebut.

            Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 1993 kedua kelompok indikator tersebut digabungkan kedalam satu indikator yang disebut DALY     ( Disability Adjusted Life Years ) untuk mengukur dengan lebih baik status kesehatan penduduk. DALY menggambarkan jumlah tahun untuk hidup sehat yang hilang sebagai akibat dari kematian dan kecacatan. Satu DALY didefinisikan sebagai satu tahun yang hilang untuk hidup sehat akibat dari kematian dan kecacatan. Penggunaan DALY dapat digunakan untuk membandingkan kesehatan penduduk dari waktu ke waktu atau membandingkan antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduk lain dengan lebih mudah dan sederhana. Kesimpulannya, DALY mengukur beban yang ditimbulkan oleh penyakit yang diakibatkan oleh kematian dan atau kecacatan yang harus ditanggung oleh masyarakat. Penggunaan indikator DALY dapat dianalogikan dengan penggunaan indikator HDI (Human Development Index) yang dikembangkan oleh UNDP yang merupakan indikator komposit dari kesehatan, pendidikan dan tingkat pendapatan.








5.      Peningkatan Biaya Kesehatan


Analisis perkiraan biaya untuk meningkatkan cakupan intervensi pelayanan kesehatan yang esensial telah dilakukan terhadap 49 kegiatan prioritas di 89 negara miskin. Intervensi ini telah diidentifikasi sebagai kunci keberhasilan untuk menangani keadaan kesehatan bagi penduduk miskin. Perluasan kegiatan ini didasarkan atas tingkat cakupan yang akan dicapai pada tahun 2007 dan 2015 dengan data dasar tahun 2002.
           
Analisa biaya direncanakan untuk memperkirakan tambahan biaya yang diperlukan untuk perluasan pelayanan yang didasarkan atas kondisi saat ini. Biaya yang diperlukan untuk memperluas kegiatan pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Tabel berikut :


Tabel Peningkatan Biaya Intervensi Kesehatan


Total Pengeluaran Kesehatan
Biaya Inkremental

2002  (Tahun dasar)
2007
2015
2007
2015
Semua Negara
106.1
(3.7%)

162.8
(4.5%)
200.3 (3.9%)
25
(0.7%)
46
(0.9%)
Asia Selatan
36.0
(4.9%)

51.4
(5.7%)
59.8
(4.8%)
7
(0.8%)
11
(0.9)

Catatan: Biaya dalam Juta US$, Angka dalam kurung adalah % dari GNP, Berdasarkan 8 Negara Asia Selatan




6.      Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan

Sebagian besar negara-negara berpendapatan rendah memerlukan upaya khusus untuk meningkatkan pelayanan kesehatan terutama untuk menerapkan sistem DDK dan dukungan manajemen sangat diperlukan. Komisi menilai secara detil berbagai hambatan non-finansial yang harus diatasi, (lihat Tabel ). Terdapat lima katagori hambatan yaitu sebagai berikut: (1) pada tingkat keluarga dan masyarakat, (2) tingkat pelayanan kesehatan, (3) tingkat kebijakan sektor kesehatan dan manajemen strategik, (4) isu kebijakan publik, dan (5) karakteristik lingkungan.

Tabel Katagorisasi Hambatan


Tingkat
Hambatan
Keluarga dan Masyarakat
Terbatasnya permintaan untuk intervensi yang efektif
Hambatan untuk menggunakan intervensi yang efektif : fisik, biaya, sosial.
Pelayanan Kesehatan
Kurangnya dan tidak meratanya distribusi tenaga profesional kesehatan;
Lemahnya bimbingan teknis, manajemen, dan supervisi;
Tidak cukupnya alokasi obat dan alat kesehatan;
Terbatasnya peralatan dan infrastrutur (termasuk laboratorium dan komunikasi) dan rendahnya aksesibilitas pelayanan kesehatan.
Kebijakan Sektor Kesehatan dan Manajemen Strategik
Lemahnya dan tersentralisasinya sistem perencanaan dan manajemen;
Lemahnya kebijakan obat dan peralatan kesehatan;
Tidak memadainya regulasi kefarmasian dan sektor swasta dan praktek industri;
Kurangnya kerjasama dan kemitraan dibidang kesehatan antara pemerintah dan masyarakat sipil;
Kurangnya insentif untuk menggunakan input secara efisien dan tanggapan terhadap kebutuhan pengguna;
Ketergantungan terhadap biaya dari donor sehingga mengurangi fleksibilitas dan rasa memiliki, kebijakan donor bertentangan dengan kebijakan negara.
Kebijakan Publik Antar Sektor
Birokrasi pemerintahan
Terbatasnya ketersediaan infrastruktur komunikasi dan transportasi
Karakteristik Lingkungan
  1. Belum terciptanya Good Governance
Korupsi, pemerintahan yang lemah, lemahnya hukum;
Ketidak stabilan politik dan keamanan;
Prioritas yang rendah bagi sektor sosial;
Rendahnya akuntabilitas publik;
Terbatasnya kebebasan press.

  1. Lingkungan Fisik
Keadaan iklim dan geografik sebagai peredisposisi timbulnya penyakit;
Keadaan fisik yang menghambat palayanan kesehatan


D.    Pengertian Pembangunan Kesehatan

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.





Pembangunan kesehatan harus diimbangi dengan intervensi perilaku yang memungkinkan masyarakat lebih sadar, mau dan mampu melakukan hidup sehat sebagai prasyarat pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Untuk menjadikan masyarakat mampu hidup sehat, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan tentang cara-cara hidup sehat. Oleh sebab itu promosi kesehatan hendaknya dapat berjalan secara integral dengan berbagai aktivitas pembangunan kesehatan sehingga menjadi arus utama pada percepatan pencapaian MDGs dan mewujudkan jaminan kesehatan masyarakat semesta


E.     Arah Pembangunan Kesehatan

1.      Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional
2.      pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
3.      Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan yang ada saat ini.
4.      Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan, Informasi  dan manajemen yang handal.
5.      Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan
6.      Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi.

7.      Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.
8.      Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
9.      Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
10.   Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.
11.   Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.
12.   Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
13.   Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.
14.   Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai





F.     Tujuan Pembangunan Kesehatan

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu :
1.      Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
2.      Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3.      Peningkatan status gizi masyarakat.
4.      Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas).
5.      Pengembangan keluarga sehat sejahtera

G.    Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut:

1.      Peningkatan Kerjasama Lintas Sektor.

Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama dan karena itu perlu digalang serta dimantapkan secara seksama. Sosialisasi masalah-masalah kesehatan pada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor harus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.



2.      Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Swasta.

Masyarakat dan swata perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup masyarakat sejak usia dini perlu ditingkatkan melalui berbagai kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta keseimbangan upaya kesehatan.

3.      Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
           
Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan berwawasan kesehatan.
           
Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat periwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembangunan limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkungan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diprlukan peningkatan dan perbaikan berbagai peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dini usia muda serta pembakuan standar lingkungan.
4.         Peningkatan Upaya Kesehatanya.

Penyelenggaraan upaya kesehatan dilakuakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pennyembuhan penyakit dan pemuluhan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau kritis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus –menerus diupayakan.

Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama kritis ekonomi, upaya kesehatan diproriataskan untuk mengatasi dampak kritis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatikan khusus dalam mengatasi dapak kritis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatan tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah berttanggung jawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.
Setelah melewati krisis ekonomi, status kesehatan masyarakat diusahakan ditigkatkan melalui pencegahan dan panganguran mordibitas, mortalitas, dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular serta pengobatan penyakit dan rehabilitas. Prioritas utama diberikan kepada penaggulangan penyakit menular dan wabah yang   cenderung meningkat.

Perhatian yang lebih besar diberikan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang tinggi, melalui berbagai upaya pelayanan kesehatan kerja termasuk perbaikan gizi dan kebugaran jasmani tenaga kerja serta upaya kesehatan lain yang menyangkut kesehatan lingkungan kerja dan lingkungan pemukiman terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah yang kumuh.


5.          Peningkatan Sumber Daya Kesehatan

Pengenbangan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan teknologi, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan negara dari etika profesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam parencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentu kebutuhan tenaga di kabupaten dan kota juga keperluan tenaga berbagai negara di luar negeri dalam rangka globalisasi. Pengembangan karier tenaga kesehatan mesyarakat dan pemerintah perlu ditingkatkan dengan terarah dan seksama serta diserasikan secara bertahap.
  
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JK PM) yakni cara pelayanan kesehatan melelui penyebaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin tersekenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan harga yang terkendali. JKPM diselenggarakan sebagai upaya bersama antar masyarakat, swasta dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggota masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system JKPM yang disubsidi oleh pemerintah. Bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi kesehatan sebagai pelengkap/pendamping JKPM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosialisasi perasuransian. Secara bertahap puskesmas dan rumahsakit milik pemewrintah akan dikelolah secara swadana.



6.          Peningkatan Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan.

Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerjasama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pengerakan pelaksanaan, pengendalian, dan penilaian diselenggarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpaduh dan menyeluruh. Manajemen tersebut didukung oleh sistem informasi ynag handal guna menghasilkan pengambilan kepetusan dan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi mder. Organisasi Departemen Kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi-fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.
           
Desentralisasi atas dasr prinsip otonomi ynag nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab dipercepat melalui pelimpahan tanggung jawab pengelolaaan upaya kesehatan kepada daerah Dinas Kesehatan ditingkatkan terus kemampuan manajemennya sehingga dapat melaksanakan secara lebih bertanggung jawab dalam perencanaan, pembiayaan dan pelalsaan upaya kesehatan. Peningkatan kemampuan manajemen tersebut dilakukan melalui rangkaian pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan pembangunan kesehatan yang ada. Upaya tersebut pula didukung oleh tersedianya pembiayaan kesehatan yang memadai. Untuk itu perlu diupayakan peningkatan pendanaan kesehatan yang baik berasal dari anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional maupun dari anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah.





7.          Peningkatan Ilmu Pengetahuan dan teknologi Kesehatan.

Penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala dalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan didesentralisasikan sehingga menjadi bagian pentig dari pembangunan kesehatan daerah.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunaan obat dan pengembangan obat asli Indonesia, pemberatasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan pembiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta. Setra meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang terbatas. Penelitian bidang sosial budaya dan perilaku sehat dilakukan untuk mengembangkan gaya hidup sehat dan mengurangi masalah kesehatan masyarakat yang ada.

8.      Peningkatan Lingkungan Sosial Budaya.

Selain berpengaruh positif, globalisasi juga menimbulkan perubahan lingkungan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan ketahanan sosial dan budaya masyarakat melalui peningkatan sosioekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dan sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.



BAB III
PENUTUP

A.        KESIMPULAN

1.         Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negaraPembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
2.         Dampak Pembangunan Ekonomi dapat mempengaruhi derajat derajat kesehatan masyarakat. adalah pertama, kesehatan dan pembangunan, kedua, kesehatan dan kemiskinan, ketiga, memilih  intervensi untuk kesehatan yang lebih baik,  keempat Menilai Status Kesehatan Penduduk, kelima, Peningkatan Biaya Kesehatan dan yang keenam, Menghilangkan Hambatan Non-Biaya Untuk Pelayanan Kesehatan
3.         Adapun arah pembangunan kesehatan antara lain Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan
4.         Tujuan pembangunan kesehatan yaitu : meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia.


5.         Kebijakan pembangunan kesehatan antara lain Penigkatan perilaku, Pemberdayaan Masyarakat dan  Kemitraan Swasta.


B.     SARAN

Jika ada kesalahan dan kekeliruan pada makalah ini maka kami  mohon kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan kedepannya.

























DAFTAR PUSTAKA








file:///H:/makalah-ikmkelompok-2.html